Sabtu, 07 Juli 2012

Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Media Permainan


PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN MEDIA PERMAINAN


I.       PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa arab adalah mata pelajaran yang sangat kompleks, karena terdiri dari berbagai terapan ilmu pengetahuan yang mencakup empat kecerdasan, sehingga  membutuhkan guru yang kompeten dalam penguasaan materi dan pengelolaan kelas, terutama dalam hal pemanfaatan media pembelajaran atau penciptaan suasana yang nyaman guna menarik minat belajar para siswa-i. Karena sejauh ini bahasa arab masih belum banyak diminati para siswa-i jika dibandingkan dengan bahasa ingris, hal tersebut dikarenakan bahasa arab belum populer dikalangan masyarakat, serta anggapan bahwasanya bahasa arab adalah ilmu yang rumit dan sulit untuk dipelajari.
Mengajarkan bahasa Arab tidak mudah, diperlukan usaha yang sangat besar dari guru, juga dibutuhkan fasilitas yang memadai, serta pemilihan metode yang sangat tepat bagi mereka. Guna mengairahkan minat belajar siswa-i dan memudahkan penyerapan materi serta pemahaman materi bahasa arab yang disampaikan.
Dari fenomena tersebut, diperlukan banyak faktor untuk menumbuhkan minat belajar bahasa arab para siswa-i, salah satu caranya adalah dengan menumbuhkan suasana yang nyaman dan menyenangkan. Seperti : pembelajaran bahasa arab yang dikemas dalam sebuah permainan, sehingga materi pelajaran bahasa arab yang disampaikan tidak dirasakan oleh siswa-i sebagai suatu beban pelajaran yang rumit namun dianggap sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan. Dan dari permainan tersebut para siswa-i dapat menyerap materi yang disampaikan dengan tanpa disadari, namun proses pembelajaran tetap dapat memenuhi SK, KD dan Indikator yang telah dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP.

Dalam proses pembelajaran bahasa arab dengan media permainan terdapat beberapa permasalahan terkait dengan pemahaman guru tentang media permainan, urgensi media dalam pembelajaran bahasa arab, pemilihan media dan proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan media permainan.

B. Rumusan Masalah
a.       Bagaimanakah pengertian dari media dan urgensi media dalam pembelajaran bahasa arab ?
b.      Bagaimanakah pengertian dari media permainan dalam pembelajaran bahasa arab ?
c.       Bagaimanakah model-model permainan bahasa ?





II.                PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Urgensi Media dalam Pengajaran Bahasa Arab.
Media berasal dari bahasa latin : “Medius” yang berarti “tengah”. Dan secara umum media adalah semua bentuk perantara untuk menyebar, membawa atau menyampaikan suatu pesan (message) dan gagasan kepada penerima atau para siswa-i. Secara luas media diartikan dengan : “setiap orang, bahan, alat atau kejadian yang dapat mambantu para siswa-i untuk lebih mudah memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah disebut juga dengan media”.[1]
Menurut sejarah, media pertama kali disebut dengan visual education (alat peraga pandang) kemudian berubah menjadi Audio-visual aids (bahan pengajaran) kemudian berubah menjadi Audio-visual communication (komunikasi pandang dengar), yang selanjutnya berubah menjadi Educational Technology (teknologi pendidikan atau teknologi pengajaran).
Didalam bahasa arab media pengajaran disebut dengan “wasa’ilul idhoh, Al-Wasa’ilut Taudhih, atau Al-Mu’ayyimaatus Sima’iyah Wal Bashoriyah”. Atau alat pandang dan dengar.
Media pengajaran merupakan perpaduan antara hardware (peragkat keras) dan software perangkat lunak). Yang menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika, media dibatasi sebagai segala hal dan bentuk yang digunakan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan atua informasi.
Urgensi media dalam pengajaran bahasa adalah :
a.       Berdasarkan pendapat Soenjoyo Dirjo Soemarto, bahwasanya totalitas presentase banyaknya ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang yang terbanyak dan tertiggi adalah melalui indra penglihatan dan pengalaman langsung atau praktek, baru kemudian indra pendengaran dan indra lainnya.[2]
b.      Menurut John M. Lannon, fungsi dari media dalam pengajaran bahasa arab adalah :
1.    Untuk menarik minat siswa.
2.    Untuk Meningkatkan pengertian siswa.
3.    Untuk Memberikan data yang kuat atau terpercaya.
4.    Untuk Memadatkan informasi.
5.    Untuk Memudahkan menafsirkan data.
c.       Menurut Mudjiono, media pengajaran mampu membangkitkan motivasi belajar serta memberikan stimulus bagi kemauan belajar, karena media pengajaran berpengaruh besar dalam memberikan kesan bagi siswa-i melalui indra penglihatan siswa-i dan lebih memudahkan pemahaman siswa-i.[3]
d.      Menurut Dr. Abdul ‘Alim Ibrahim, Media pengajaran sangatlah penting, karena dapat membangkitkan rasa senang dan gembira para siswa-i serta mampu memperbaharui semangat belajar siswa-i, sehingga dapat menyebabkan rasa senang untuk datang ke sekolah dan dapat memantapkan pengetahuan di benak para siswa-i serta dapat menghidupkan suasana kegiatan belajar mengajar.[4]
e.       Menurut Arif, secara umum media pembelajaran berfungsi sebagai :
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistik atau dalam bentuk kata tertulis dan lisan saja.
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Seperti : Obyek terlalu besar, obyek terlalu kecil, gerak terlalu lambat, gerak terlalu cepat, kejadian dimasa lampau dan obyek yang kompleks.
3.      Dapat mengatasi sifat pasif siswa-i secara tepat dan variatif, karena terdapat interaksi langsung antara siswa-i dan media.[5]
Klasifikasi media pembelajaran bahasa adalah:
Rounded Rectangle: Media Pembelajaran Bahasav
Rounded Rectangle: Media rasaRounded Rectangle: Media pandangRounded Rectangle: Permainan dan simulasiRounded Rectangle: Media pandang dengarRounded Rectangle: Media dengar                   
                                                                              
Rounded Rectangle: Permainan bahasa : 
Bisik rantai, 
Simon says,
Sambung suku,
Kategori bingo,
Silang datar,
TTS,
Scrabble,
Scramble,
Spelling bee,
Piramida kata,
Berburu kata,
Ambu-Ambilan.

Rounded Rectangle: Non Proyeksi : Papan tulis, Papan tali, Papan flannel, Papan magnetis, Papan selip, Wwall chart,   Flow chart,  Flash chart, Kubus struktur,  Reading box, Modul, 
Kartu gambar.
Rounded Rectangle: Radio, PH, Rekaman.Rounded Rectangle: Slide suara, film, TV, VTR (VCR)Rounded Rectangle: Rasa, Raba, Bau, Keseimbangan                                                                              
Rounded Rectangle: Keterangan :
Garis           menyatakan bahwa media tersebut dapat dipakai untuk kelas besar, kelas kecil dan untuk belajar secara individual.
Garis            menyatakan bahwa media tersebut hanya sesuai untuk kelas kecil.
Rounded Rectangle: Berproyeksi :
Slide bisu,
Film bisu,
Film strip,
Flim loop,
OHP.
Rounded Rectangle: Simulasi :
Permainan,
Simulasi,
Bermain peran,
Sosiodrama,
Psikodrama,
Sandiwara boneka.
                                                  
                                                  


  1. Media Permainan dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Salah satu media yang dapat digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah media permainan. Pengertian dari permainan adalah :
a.    Permainan berasal dari kata “main” yang berarti perbuatan untuk menyenangkan hati dan dilakukan dengan menggunakan ala-alat yang disukai atau dengan media tertentu.
b.    Suatu bentuk kegiatan yang melibatkan interaksi para pemain secara penuh dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dan permainan dapat menjadi sumber belajar jika permainan tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran.
c.    Menurut Piageat, bermain adalah manifestasi penyesuaian salah satu dasar proses mental menuju pada pertumbuhan intelektual, dan bermain adalah mekanisme penyesuaian  yang penting bagi perkembangan atau pertumbuhan manusia.
d.   Menurut Sudirman, Permainan sebagai media pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : Sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan, menghibur dan menarik. Dengan permainan, maka akan ada partisipasi aktif dari para siswa-i dalam proses belajar mengajar. Karena permainan mampu memberikan umpan balik langsung dalam memecahkan masalah-masalah nyata atau sebagai proses pemberian pengalaman nyata yang dapat diulang sesuai kehendak.[6]
Pengertian dari permainan bahasa menurut Soeparno adalah : aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh keterampilan berbahasa terntentu dengan cara yang menyenangkan.[7]
Menurut G. Gibbs, permainan bahasa adalah : suatu kegiatan yang didalamnya ada kegiatan saling membantu dalam persaingan antar pemain untuk mencapai tujan yang telah ditentukan dengan aturan-aturan tertentu.
Peran media permainan tidak kalah pentingnya dengan peran kompetensi guru yang memadai dalam proses belajar mengajar. Karena media permainan dapat memberikan peluang yang lebih dalam memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal jika dibandingkan dengan proses pembelajaran yang mengabaikan media permainan sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran.
Tujuan dari permainan bahasa adalah : untuk memperoleh kegembiraan dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu. Namun bukan ditujukan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil belajar siswa-i. Karena permainan bahasa digunakan sebagai langkah pendekatan dalam pembelajaran untuk mempermudah pencapaian tujuan dari pembelajaran bahasa tersebut.
Manfaat permaian bahasa dalam kegiatan pembelajaran menurut Nasif Mustofa adalah :
1.    Memupuk jiwa persaingan yang sehat, atau saling mengunguli satu sama lain.
2.    Mendorong pembelajaran untuk menyaksikan dan ikut serta dalam berbagai permainan.
3.    Memotivasi diri untuk tampil dengan sebaik-baiknya.
4.    Belajar untuk bekerjasama dalam suatu pekerjaan, atau mencapai sebuah kemenangan.
Beberapa hal yang hendaknya diperhatikan dalam permainan bahasa adalah :
1.  Permainan bahasa bersifat sebagai sarana pembantu dalam pengajaran dan bukan suatu tujuan dalam rangkaian materi pelajaran bahasa arab.
2.  Merubah paradigma yang beranggapan bahwasanya permainan bahasa hanya sesuai untuk usia anak-anak. Karena permainan alam pembelajaran bahasa arab dapat diterapkan untuk tingkatan usia muda, dewasa ataupun tua.
3.  Tujuan permainan bahasa tidak terbatas untuk sekedar menghilangkan kejenuhan dan kelelahan dalam kegiatan pembelajaran bahasa arab, namun permainan tersebut berguna untuk menyempurnakan materi bahasa arab yang diajarkan.
4.  Saat menentukan permainan bahasa, hendaknya memperhatikan istilah bahasa yang diajarkan, tatacara pelaksanaan permainan, dsb.
Menurut Nasif Mustofa, beberapa prinsip umum dalam permainan bahasa adalah :
1.    Permainan bahasa merupakan kegiatan yang penuh dengan kerjasama.
2.    Permainan bahasa bertujuan untuk memotivasi pembelajaran dalam menggunakan bahasa dengan tujuan sebagai alat komunikasi.
3.    Permainan bahasa menjadikan lebih jelas pengetahuan dan ide-ide yang ada diantara para pemain.
Cara memilih permainan bahasa adalah sebagai berikut :
1.  Pengajar harus menentukan topik permainan yang jelas untuk sebuah materi, sehingga alur permainan jelas dan sesuai dengan materi pelajaran bahasa arab.
2.  Permainan bahasa harus disesuaikan dengan tingkatan pengajaran, kemampuan peserta didik, waktu dan tempat pelaksanaan permainan.
3.  Siswa-i harus berada dalam keadaan aman dan tidak menimbulkan penyimpangan.
4.  Harus memperhatikan keterampilan berbahasa, unsur-unsur bahasa dan model bahasa agar pelaksanaan latihan bahasa melalui media permainan menjadi sempurna.
5.  Persiapan sebelum permainan dilakukan untuk permaiann yang membutuhkan persiapan khusus.
6.  Sebelum pelaksanaan permainan harus dipastikan seluruh siswa-i telah memahami teknisi pelaksanaan lomba.

  1. Macam-macam Permainan Bahasa
Pembagian macam-macam permainan bahasa disesuaikan dengan kompetensi berbahasa arab yang seharusnya dikuasai oleh siswai-i, yaitu mencakup :
1.    Permainan bahasa untuk keterampilan menyimak (Istima’)
Menyimak bersifat pasif-reseptif dengan maksud : inisiatif untuk dapat berkomunikasi dengan berbahasa arab bukan berasal dari dirinya, melainkan dari orang lain yang sikap dan tindakannya diharapkan oleh pendengar untuk diperhatikan dengan seksama sehingga dapat dipahami maksudnya dan dapat diikuti struktur kalimatnya. Bahasa lisan yang dapat dipahami dapat berjenis : bunyi bahasa, fonem, suku kata, kata-kata lepas, frasa, kalimat dan wacana yang utuh dan lengkap. Karena tujuan utama dari kecakapan menyimak adalah : untuk dapat memahami bahasa lisan. Media permainan yang dapat dimanfaatkan antara lain :
a.       Bisik berantai (Al-Asrar al-Mutasalsil)
Permainan ini terdiri dari dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 6-7 siswa-i, guru membisikkan kosakata atau kalimat kepada siswa paling depan untuk selanjutnya dibisikkan kepada teman setelahnya dan peserta yang dapat menyelesaikan tugas tercepat dengan jawaban benar adalah pemenang permainan tersebut. Contoh kalimat :
-      الصورة كبيرة – السورة كبيرة
-      يبكى أحمد بكاء شديدا – هو يضحك ضحكة عريضة
b.      Istima’ al-aghani
Guru menyiapkan kaset lagu berbahasa arab fusha dan teks syair yang tidak lengkap, kemudian guru memutarkan kaset dan meminta siswa-i untuk melengkapi teks syair tersebut dan pelajaran diakhiri dengan pembenaran cara penulisan siswa-i.
2.    Permainan bahasa untuk keterampilan berbicara (Kalam)
Hal yang diprioritaskan dalam kecakapan berbicara adalah berkenaan dengan isi dan makna yang terkandung dalam sebuah pesan secara lisan. Maksud dari kemampuan berbicara adalah : kemampuan berkomunikasi secraa akurat dan efektif dalam penggunaan bahasa secara konteks. Sehingga tujuan utama pembelajaran keterampilan berbicara adalah : mampu menggunakan bahasa secara lisan. Media permainan yang dapat dimanfaatkan antara lain :
a.        Mengapa saya melakukan pekerjaan ini (Limadza a’miltu hadza)
Guru menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan “Limadza”, kemudian salah satu siswa diminta memegang kartu dan membacanya kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Jila jawabanannya benar, maka siswa tersebut dapat mengammbil kartu selanjutnya dan bertanya kepada teman yang dia tunjuk. Contoh :
-      يأخذ الطّالب البطاقة : - أنا أكتب الرّسالة – لماذا ؟
-      لطلب الإستئذان
-      لإعطاء الخبر
-      لمعرفة الحالة (الإجابة)
b.      Ta’bir Mushawwar
Guru menyiapkan gambar dengan tema tertentu, gambar ditempelkan dipapan tulis kemudian guru menjelaskan alur cerita dari gambar tersebut, kemudian guru meminta salah satu siswa untuk menceritakan kembali alur cerita yang telah diceritakan oleh guru dan meminta siswa lain untuk memperhatikan penjelasan temannya.

3.    Permainan bahasa untuk keterampilan membaca (Qiro’ah)
Menyimak pada dasarnya bersifat representatif, karena diawali dengan pemahaman terhadap informasi yang tertulis. Sehingga pembaca sebagai penerima dapat memahami dengan seksama teks yang ia baca. Adapun tujuan dari kecakapan membaca adalah : siswa-i mampu memahami teks bacaan yang telah dibaca dan pelajari. Media permainan yang dapat dimanfaatkan antara lain :
a.       Merapikan teks bacaan (Tartib al-Nash)
Siswa-i dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, setiap kelompok diberi potongan teks yang acak untuk disuusn menjadi jawaban yang sempurna.
b.      Antonim (Al-Mudhod)
Guru menulis sebuah kata dikartu kemudian menunjuk salah satu murid untuk mengambil kartu dan menyebutkan lawan kata atau antonim kata tersebut. Jika siswa tidak dapat menjawab, maka soal itu dilempar kepada siswa lain, jika siswa kedua dapat menyebutkan antonim kata tersebut maka ia berhak menentukan hukuman bagi siswa yang tidak dapat menyebutkan antonim kata tersebut.

4.    Permainan bahasa untuk keterampilan menulis (Kitabah)
Dalam pengungkapan diri secara tertulis, seorang siswa mempunyai kesempatan untuk mengatur bahasa serta pesan yang akan disampaikan melalui tulisannya. Sehingga unsur kebahasaan menjadi aspek inti yang perlu untuk dicermati. Media permainan yang dapat dimanfaatkan antara lain :
a.       Apakah kamu tahu (Hal ta’rif)
Guru memberikan soal tertulis dan meminta para siswa-i menjawab pertanyaan tersebut terkait dengan sesuatu atau peristiwa yang aktual. Contoh :
-      هل تعرف ماأمامك ؟
-      نعم, أمامى كراريس عليهم طلاّب.
b.      Ta’bir al-Shuwar
Guru menyiapkan gambar tentang suatu tema. Kemudian ditempelkan dipapan tulis dan guru meminta siswa untuk mengidentifikasi gambar tersebut. Dan pelajaran diakhiri dengan menjelaskan kesalahan-kesalahan umum dalam penjelasana siswa.[8]






III.              KESIMPULAN
Media adalah segala sesuatu baik orang, bahan, alat atau kejadian yang dapat dijadikan perantara untuk membantu mempermudah pemahaman siswa-i terkait pengetahuan, ketarampilan maupun sikap yang diserap dari materi yang telah disampaikan oleh guru. Dengan urgensi : media dapat dijadikan sebagai alat untuk membangkitkan minat belajar siswa-i karena pembelajaran dirasakan lebih menyenangkan dan variatif serta tidak terbatas ruang waktu dan indera.
Permainan bahasa adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dengan menggunakan media tertentu guna mempermudah siswa-i dalam penyerapan materi pelajaran, karena ia menjadi langkah pendekatan dalam pembelajaran untuk mempermudah pencapaian tujuan dari pembelajaran bahasa arab, sehingga dapat tercapai kesempurnaan pemahaman siswa-i terhadap materi yang telah disampaikan tanpa merasakan kejenuhan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Macam-macam permainan bahasa dibagi berdasarkan kompetensi atau kecakapan yang harus dikuasai oleh siswa-i, yaitu : Permainan bahasa untuk keterampilan menyimak (Istima’), seperti: Bisik berantai (Al-Asrar al-Mutasalsil) dan Istima’ al-aghani. Permainan bahasa untuk keterampilan Berbicara (Kalam), seperti: Mengapa saya melakukan pekerjaan ini (Limadza a’miltu hadza) dan Ta’bir Mushawwar. Permainan bahasa untuk keterampilan Membaca (Qiro’ah), seperti: Merapikan teks bacaan (Tartib al-Nash) dan Antonim (Al-Mudhod). Permainan bahasa untuk keterampilan Menulis (Kitabah), seperti : Apakah kamu tahu (Hal ta’rif) dan Ta’bir al-Shuwar.





IV.             DAFTAR PUSTAKA

Achsin, Amir. 1986.  Media Pendidikan.  Ujung Pandang : IKIP.
Damapoli, Muljono. 2003.  Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dirjosoemarno, Soenjojo. 1980.  Pengertian dan Fungsi Media Pendidikan. Jakarta : P3G. Depdikbud.
Mahmudah, Umi dan Wahab Rasyidi, Abdul. 2008.  Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malang : UIN-Malang Press.
Mujiono, Gunawan. 1980. Media Pendidikan. Jakarta : P3G Departemen P dan K.
Sadiman, Arif. 2006.  Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Wahab Rosyidi, Abdul. 2009.  Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang : UIN Malang Press.
Zaenuddin, Radliyah. 2005.  Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta : Pustaka Rihlah Group.





[1] Amir Achsin, Media Pendidikan, (Ujung Pandang : IKIP, 1986), 9.
[2] Soenjojo Dirjosoemarno, Pengertian dan Fungsi Media Pendidikan, (Jakarta : P3G. Depdikbud, 1980), 10-11.
[3] Gunawan Mujiono, Media Pendidikan, (Jakarta : P3G Departemen P dan K, 1980), 2-3.
[4] Muljono Damapoli, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), 74-76.
[5] Umi Mahmudah dan Abdul Wahab Rasyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang : UIN-Malang Press, 2008), 95-111.
[6] Arif  Sadiman, Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatan, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006).
[7] Abdul Wahab Rosyidi, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang : UIN Malang Press, 2009), 79-99.
[8] Radliyah Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta : Pustaka Rihlah Group, 2005), 51-102.

Rabu, 04 Juli 2012

Analisis Kebutuhan Kurikulum


ANALISIS KEBUTUHAN KURIKULUM
  
I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Semua makhluk hidup mempunyai kebutuhan hidup, begitu juga dalam konteks dunia pendidikan. Salah satunya adalah kebutuhan terkait dengan kurikulum. Sehingga dirasa perlu mengadakan analisa terhadap kurikulum. Karena kurikulum saat ini dirasakan mempunyai peran dan fungsi yang kompleks. Hal tersebut karena kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun non formal, sehingga gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut.
Sejalan dengan tuntutan zaman, perkembangan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi, sudah saatnya dunia pendidikan memasuki masa inovasi dan berjalan mencapai sasarannya. Maka dalam hal ini analisis kebutuhan kurikulum sangat urgen,demi tercapainya rencana dan sasaran pengajaran dan pembelajaran.
Berkaitan dengan hal ini, supaya studi tentang analisis kebutuhan kurikulum tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudah dan mampu mencapai keberhasilan.

B.     Rumusan Masalah
a.    Bagaimanakah pengertian dari analisis kebutuhan kurikulum?
b.    Bagaimanakah maksud dan tujuan dari kurikulum?
c.    Bagaimanakah maksud dari rancangbangun silabus?
d.   Bagaimanakah peran pengajaran dan pembelajaran dalam kurikulum?


II.                PEMBAHASAN
A.    Pengertian Analisis Kebutuhan Kurikulum
Analisa atau analisis dalam kajian linguistik diartikan dengan sebuah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Analisis juga diartikan dengan penyelidikan terhadap suatu peristiwa baik berupa karangan atau sebuah perbuatan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dari segi sebab-musabab maupun duduk perkaranya.[1]
Kebutuhan dapat diartikan dengan sesuatu yang dibutuhkan.[2] Atau sebuah kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang seyogyanya ada. Sedangkan kebutuhan bagi seorang pendidik adalah : sesuatu yang digunakan untuk menentukan latar belakang atas konsep keanekaragaman yang tidak terbatas, guna menyeleksi bidang-bidang normatif[3] yang mengandung kekurangan untuk disediakan penyesuaiannya oleh pendidik.[4]
Kebutuhan sebagai sesuatu yang urgen dalam perencanaan kurikulum, berkaitan erat dengan pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Kebutuhan dalam konsep ini didefinisikan sebagai actual circumstance (keadaan aktual/keadaan yang sedang diperbincangkan) dan envisional ideal circumtance (keadaan ideal yang dicita-citakan). Atau dengan kata lain, suatu perbedaan antara keadaan riil dan kondisi ideal.[5]
Kurikulum adalah : Segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan didalam maupun diluar sekolah. Pengalaman anak didik disekolah diperoleh melalui : mengikuti pelajaran dikelas, praktek keterampilan, latihan-latihan olahraga dan kesenian, karya wisata atau praktek di laboratorium. Menurut pandangan tradisional, kurikulum adalah : rencana pendidikan dan pengajaran atau program pendidikan. Karena kurikulum terdiri atas mata pelajaran tertentu yang harus diajarkan kepada siswa-i yang diambil dari buku-buku pelajaran tertentu yang dipandang baik.[6]
Sehingga tujuan dari analisis kebutuhan dalam pengembangan kurikulum bahasa adalah :
a.       Menyediakan mekanisme pemerolehan gagasan yang lebih luas dan menyeluruh tentang isi, rancang bangun dan implementasi program/kurikulum bahasa arab.
b.      Mengenali kebutuhan bahasa umum dan khusus yang bermanfaat bagi pengembangan maksud, tujuan, dan isi bagi program bahasa arab.
c.       Menyediakan data yang berguna bagi peninjauan ulang dan peninjauan program bahasa yang ada.
Analisis kebutuhan kurikulum bahasa arab dapat mengacu para beberapa parameter atau ukuran yang meliputi : Analisis situasi (analisi yang terfokus pada parameter umum program bahasa arab) dan Analisis kebutuhan komunikatif (analisis yang terfokus pada kebutuhan komunikatif atau kemudahan pemahaman terhadap bahasa arab, khususnya bagi para pembelajar bahasa arab). Cakupan analisis kebutuhan kurikulum dalam program bahasa arab meliputi :
a.       Analisis Situasi
1.      Siapakah pembelajar bahasa arab tersebut?
2.      Apa tujuan dan harapan pembelajar?
3.      Gaya belajar apa yang lebih disukai pembelajar?
4.      Mahirkah pengajar bahasa arab tersebut?
5.      Siapa pengajar bahasa arab tersebut?
6.      Pelatihan dan pengalaman apakah yang dimilliki pengajar?
7.      Pendekatan mengajar apa yang disenangi pengajar?
8.      Apakah yang diharapkan pengajar dari program pengajaran bahasa tersebut?
9.      Apakah konteks administratif program itu?
10.  Kendala apakah yang muncul dalam pembelajaran?
11.  Tes dan penilaian apa yang diperlukan?
b.      Analisis kebutuhan komunikatif
1.      Dalam latar belakang apa pembelajar memakai bahasa tersebut?
2.      Hubungan peran apa yang terlibatkan?
3.      Keterampilan bahasa apa yang dilibatkan?
4.      Peristiwa komunikatif dan tindak tutur apa yang dilibatkan?
5.      Tingkat kemahiran apa yang dikehendaki?
B.     Maksud dan Tujuan Kurikulum
Tujuan dari sebuah kurikulum adalah menjadi pernyataan umum tentang hasil-hasil yang diharapkan dari suatu program bahasa, serta menggambarkan apa yang diyakini para perencana kurikulum untuk dapat mencapai tujuan tertentu dari kendala-kendala yang tercermin berdasarkan pada analisis kebutuhan kurikulum. Macam-macam tujuannya adalah :
1.      Tujuan Behavioral, yang terbagi menjadi tiga yaitu :
a.       Harus menggambarkan secara jelas perilaku yang ditampilkan. 
b.      Harus menjelaskan secara terperinci kondisi-kondisi tempat penampilan yang diharapkan.
c.       Harus menyatakan standar penampilan yang sesuai dengan tema pembahasan.
Terdapat empat pembenaran yang menunjang penggunaan tujuan behavioral dalam perencanaan kurikulum bahasa, yaitu :
a.    Membantu para pengajar menjelaskan tujuan-tujuan mereka.
b.    Memudahkan pengajaran dengan menyororti keterampilan dan sub keterampilan yang mendasari isi/bobot berbagai pengajaran.
c.    Membuat lebih mudah proses evaluasi atau penilaian.
d.   Menyediakan suatu bentuk kurikulum pembelajaran bahasa yang mudah dipertanggungjawabkan.
2.      Tujuan berdasarkan Keterampilan Berbahasa.
Tujuannya secara umum adalah : untuk menentukan keterampilan-keterampilan mikro atau proses yang menjelaskan kefasihan dalam bidang tertentu yang meliputi : keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Sehingga perencana kurikulum bahasa dapat mencoba memerinci kompetensi-kompetensi yang akan dirancang.
3.      Tujuan berdasarkan isi 
Mengacu pada tujuan pada kurikulum bahasa-bahasa asing, yang menekankan pada : tipe-tipe akomodasi (penguasaan tentang letak lingkungan tempat tinggal dan segala hal yang berkaitan), tipe akomodasi kamar (penguasaan tata letak kamar dan tata ruang rumah), Tipe akomodasi perabotan (penguasaan tata letak perabotan rumah tangga) dan tipe sewa atau ongkos (penguasaan tentang ongkos atau harga sewa).
4.      Skala Kecakapan
Skala kecakapan menjadi tujuan dalam program bahasa, karena program bahasa yang koheren secara sistematis mampu menggerakkan para pembelajar berjalan lancar menuju kearah tingkat kecakapan berbahasa.
Secara umum, tujuan dari kurikulum dalam pengembangan keterampilan dasar adalah :
a.       Untuk mendapatkan informasi dan pengertian melalui kegiatan mengamati, mendengar dan membaca.
b.      Untuk mengolah informasi dan pengertian yang diperoleh melalui keterampilan berpiir reflektif.
c.       Untuk berbagi informasi dan mengekspresikan pengertian melalui kegiatan percakapan, menulis dan alat-alat nonverbal.
d.      Untuk memanipulasi lambang dan menggunakan pikiran matematis.[7]

C.    Rancangbangun silabus
Silabus merupakan rancangan tertulis yang dikembangkan pengajar sebagai rencana pembelajaran untuk jangka waktu satu semester. Silabus menjadi pertanggungjawaban profesional seorang guru terhadap lembaga, teman sejawat, siswa-i maupun masyarakat. Dengan silabus diharapkan proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif, efisien dan menarik. [8]
Menurut kurikulum model Taba, terdapat 7 langkah dalam proses pembuatan kurikulum, yaitu :
Langkah 1       : Diagnosis kebutuhan
Langkah 2       : Formulasi tujuan
Langkah 3       : Seleksi isi
Langkah 4       : Organisasi isi
Langkah 5       : Seleksi pengalaman-pengalaman belajar
Langkah 6       : Organisasi pengalaman-pengalaman belajar
Langkah 7       : Penentuan apa yang dievaluasi dan sarana mengevaluasi.
Dan dalam pengajaran bahasa, langkah ke-3 dan ke-4 biasa dikenal dengan rancangbangun silabus. Yang dikenal di Inggris dengan silabus dan dikenal di Amerika dengan kurrikulum. Silabus dalam pengajaran bahasa secara tradisional dinyatakan sebagai titik tolak perencanaan suatu program bahasa, dan bukan suatu kegiatan yang muncul secara tiba-tiba ditengah perjalanan proses kegiatan pembelajaran.
Silabus yang baik mencakup unsur : Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, materi pembelajaran, hasil belajar, penilaian dan sumber belajar.
Startegi penyusunan silabus adalah :
a.       Perencanaan (Guru mengumpulkan informasi dan referensi untuk dikembangkan silabusnya).
b.      Pelaksanaan (Memahami konteks kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan strategi pembelajaran dan penilaian).
c.       Perbaikan (Silabus dikaji oleh para spesialis kurikulum, ahli  mata pelajaran, ahli metode pembelajaran, ahli penilaian dan berbagai pihak yang kompeten dibidang kurikulum dan pembelajaran).
d.      Pemantapan (Hasil pengkajian dijadikan pertimbangan untuk perbaikan, dan perbaikan selanjutnya terus berkelanjutan).[9]
Macam-macam silabus kurikulum pengajaran bahasa adalah:
a.       Silabus struktural (silabus yang menata tata bahasa dan pola kalimat).
b.      Silabus fungsional (silabus untuk menata fungsi-fungsi komunikatif, seperti : mengenali, melaporkan, mengoreksi dan memperinci).
c.       Silabus nasional (silabus untuk menata kategori konseptual, seperti : durasi/lamanya, kuantitas/jumlahnya dan lokasi/tempat).
d.      Silabus topikal (silabus sebagai tema atau topik, seperti : kesehatan, makanan dan pakaian).
e.       Silabus topikal (silabus yang menata latar-latar ujaran dan transaksi-transaksi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut, seperti : berbelanja, di bank dan di pasar).
f.       Silabus keterampilan (silabus untuk menata keterampilan-keterampilan berbahasa, seperti : menyimak untuk mengambil intisari, menyimak informasi khusus dan menyimak kesimpulan-kesimpulan).
g.      Silabus tugas (silabus berdasarkan kegiatan tertentu, seperti : mengatur kegiatan, menggambar peta, mengikuti petunjuk dan menjalani perintah).[10]




Adapun keterkaitan antara kurikulum dan silabus adalah :
1.         Curriculum as Subject Matter (Kurikulum sebagai bahan belajar)
Adalah : gambaran kurikulum paling tradisional, yang berisi tentang kurikulum sebagai kominasi bahan untuk membentuk kerangka isi materi (content) yang diajarkan.
2.         Curriculum as experience (Kurikulum sebagai perangkat pengalaman)
Adalah : Guru bertindak sebagai fasilitator dalam merencanakan kurikulum dan menumbuhkan pengalaman kepada siswa-i dalam konteks pendidikan.
3.         Curriculum as Intention (Kurikulum sebagai usaha untuk mengarahkan siswa-i melalui wacana, tujuan dan sasaran tertentu)
Adalah : perencanaan kurukulum sebagai cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan siswa-i.
4.         Curriculum as culture reproduction (Kurikulum karakteristik penerima dukungan)
Adalah : Sebuah kurikulum harus mampu merefleksikan budaya suatu masyarakat tertentu.
5.         Curriculum as currere (Kurikulum pemberian pengertian individu)
Adalah : peran kurikulum dalam berpartisipasi dan mengonsep pengalaman hidup.[11]

D.    Peran Pengajaran dan Pembelajaran dalam Kurikulum
Pengajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Pengajaran mempunyai tujuan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang meliputi :
1.      Tujuan Umum (TU)
a.       Mempelajari konsep pokok dan prinsip pengembangan krikulum.
b.      Mengembangkan pedoman kurikulum dan silabus teretentu.
c.       Membuat desain dan rencana intruksional bidang studi.
2.      Tujuan Intruksional Umum (TIU)
a.       Menentukan langkah dalam pengembangan kurikulum.
b.      Menjelaskan hubungan antara pengembangan kurikulum dan desain instruksional.
c.       Mengidentifikasi dan menyatakan alasan atau rasional dalam memilih pendekatan kurikulum.
d.      Mengembangkan silabus suatu mata pelajaran menurut pilihan.
e.       Mengembangkan pedoman kurikulum suatu mata pelajaran yang meliputi : Silabus, strategi pembelajaran, sumber belajar dan sistem evaluasi.
f.       Membuat desain suatu topi mata pelajaran yang meliputi TIU dan TIK.
3.      Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
TU           TIU          Topik         Sub Topik
             TIK
Pengukur Tujuan Intruksional Khusus meliputi beberapa unsur, yaitu :
1.      Apa                : Dirumuskan untuk menyatakan sebuah perbuatan yang
                          diharapkan.
2.      Hinga mana     : Dirumuskan untuk menyatakan kuantitas atau kualitas
                          Penguasaan materi oleh siswa-i.
3.      Siapa               : Menyatakan sasaran pengajaran.
4.      Bagaimana                  : Menentukan kondisi secara spesifik.[12]
Pengertian pembelajaran adalah : Kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran tidak terbatas diruang kelas saja, namun ia diwarnai oleh organisani dan interaksi berbagai komponen untuk membelajarkan siswa-i.
Pembelajaran juga diartikan sebagai aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan bagi para siswa-i sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.
Pembelajaran efektif dan bermakna dapat dialkukan dengan :
1.      Pemanasan dan apersepsi yang dilakukan untuk menjajagi pengetahuan siswa-i, memotivasi dengan menyajikan materi yang menarik dan mendorong siswa-i mengetahui berbagai hal baru. Cara melakukan apersepsi adalah :
a.       Memulai pelajaran dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa-i.
b.      Motivasi peserta diidk dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa-i.
c.       Gerakkan siswa-i agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru.
2.      Eksplorasi adalah kegiatan pembelajaran untuk mengenal bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa-i. Cara eksplorsi adalah :
a.       Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki para siswa-i.
b.      Kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki siswa-i.
c.       Pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secara bervariasi untuk meningkatkan penerimaan siswa-i terhadap materi standar dan kompetensi baru.
3.      Konsolidasi pembelajaran adalah kegiatan untuk mengaktifkan siswa-i dalam pembentukan kompetensi, dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan siswa-i. Konsolidasi meliputi :
a.       Libatkan siswa-i secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar dan kompetensi baru.
b.      Libatkan siswa-i secara aktif dalam proses pemecahan masalah (problem solving) terutama masalah-masalah aktual.
c.       Letakkan penekanan dan kaitkan struktural antara materi standar dan kompetensi baru dengan aspek kehidupan bermasyarakat.
d.      Pilihlah metodologi yang paling tepat, sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi siswa-i.
4.      Pembentukan kompetensi, sikap dan perilaku melalui :
a.        Doronglah siswa-i untuk menerapkan konsep, pengertian dan kompetensi yang dipelajarinya dari kehidupan sehari-hari.
b.      Praktekkan pembelajaran secara langsung.
c.       Gunakan metode yang paling tepat.
5.      Penilaian formatif, yang meliputi :
a.       Mengembangkan cara penilaian hasil pembelajaran siswa-i.
b.      Gunakan hasil penilaian untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan siswa-i dan mengadakan perbaikan.
c.       Memilih metode sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.[13]
Perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran meliputi :
a.       Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepeda siswa-i di Sekolah, rumusan ini sesuai dengan teori pendidikan yang berbunyi :
1.      Pembelajaran merupakan persiapan dimasa depan.
2.      Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan.
3.      Tinjauan utama pembelajaran ialah pengusaan pengetahuan.
4.      Guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa.
5.      Siswa-i selalu bersikap dan bertindak positif.
6.      Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas.
b.      Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Yang meliputi :
1.      Pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya.
2.      Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan.
3.      Bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan.
4.      Siswa-i sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan.
c.       Pembelajaran adalah upaya mengoranisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi para siswa-i. Berdasarkan implikasi :
1.      Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku siswa-i.
2.      Kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan.
3.      Siswa-i sebagai suatu organisme yang hidup.
d.      Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan siswa-i untuk menjadi warga masyarakat yang baik. Berdasarkan implikasi :
1.      Tujuan pembelajaran (pembentukan warga negara yang baik, mampu menjadi produsen karena memiliki keterampilan tertentu).
2.      Pembelajaran berlangsung dalam suasana kerja atau belajar.
3.      Siswa-i memiliki potensi untuk bekerja.
4.      Guru sebagai pimpinan dan pembimbing bengkel kerja.
e.       Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Berdasarkan implikasi :
1.      Tujuan pembelajaran ialah mempersiapkan siswa-i untuk hidup dalam masyarakatnya.
2.      Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat.
3.      Siswa-i belajar secara aktif.
4.      Guru juga bertugas sebagai komunikator (Penghubung antara sekolah dan masyarakat).
Ciri-ciri pembelajaran adalah :
1.      Rencana adalah penataan ketenagaan, material dan prosedur dalam unsur-unsur sistem pembelajaran.
2.      Kesaling tergantungan (interpedence) antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.
3.      Mempunyai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.[14]


III.             KESIMPULAN

Analisis kebutuhan kurikulum adalah sebuah penyelidikan terhadap sesuatu yang dibutuhkan dalam segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh guru dan sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan didalam maupun diluar sekolah yang diperoleh melalui : mengikuti pelajaran dikelas, praktek keterampilan, latihan-latihan olahraga dan kesenian, karya wisata atau praktek di laboratorium.
Kurikulum merupakan gambaran umum para perancangnya tentang hasil-hasil yang diharapkan dari suatu program bahasa untuk dapat mengatasi kendala-kendala yang tercermin berdasarkan pada analisis kebutuhan kurikulum.
Seleksi isi dan Organisasi isi lebih populer kita kenal dengan rancang bangun silabus, yang dikenal di Inggris dengan silabus dan dikenal di Amerika dengan kurrikulum. Sedangkan silabus dalam pengajaran bahasa secara tradisional dinyatakan sebagai titik tolak perencanaan suatu program bahasa, dan bukan suatu kegiatan yang muncul secara tiba-tiba ditengah perjalanan proses kegiatan pembelajaran. Yang mencakup unsur : Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, materi pembelajaran, hasil belajar, penilaian dan sumber belajar.
Pengajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Dan pembelajaran adalah aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan bagi para siswa-i sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan didalam kurikulum.


IV.             DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Fuchan, Arief. Muhaimin dan Maimun, Agus. 2005. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Agama Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Guntur Taringan, Hendri. Dasar-dasar Kurikulum Bahasa.
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2010.  Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2006.  Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2009. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : CV. Sinar Baru.
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2005.  Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.




[1] Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), 43.
[2] Ibid.,182.
[3] Normatif menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah : Berpegang teguh pada norma atau menurut pada kaidah yang berlaku. 
[4] Hendri Guntur Taringan, Dasar-dasar Kurikulum Bahasa, 80.
[5] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008, cet. ke-2), 188-189.
[6] Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), 32-33.
[7] Ibid,. 188.
[8] Arief Fuchan, Muhaimin dan Agus Maimun, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Agama Islam. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), 98.
[9] Ibid,. 99-101.
[10] Hendri Guntur Taringan, Dasar-dasar Kurikulum Bahasa, 82-90.
[11] Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007), 45-51.
[12] Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009, cet. ke-5), 59-65.
[13] E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006, cet. ke-4), 117-120.
[14] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010, cet. ke-10), 55-66.