Selasa, 23 Oktober 2012

Sistem Evaluasi Pada Kawasan Kognitif






SISTEM EVALUASI PADA KAWASAN KOGNITIF

I.                   PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan perilaku siswa-i untuk dapat mencapai kompetensi tertentu pada kondisi dan tingkat tertentu pula. Sebuah rancangan pembelajaran yang telah dibuat perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi pendidikan dilakukan dengan mengambil beberapa sasaran, salah satunya adalah intelegensi yang didalamnya terdapat ranah kognitif dengan cakupan-cakupan tertentu.
Suatu sistem evaluasi memerlukan alat ukur untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan, yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir yang akan dinilai, dengan berpedoman pada TIU (Tujuan Intruksional Umum) dan TIK (Tujuan Intruksional Khusus).
Terkait hal yang perlu diperhatikan dengan seksama dalam pelaksanaan sistem evaluasi pada ranah kognitif, yaitu : sistem kawasan ranah kognitif, alat ukur kognitif dan penskoran evaluasi. Maka dalam makalah ini kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
a.         Apakah pengertian dari kawasan kognitif dan pengukurannnya?
b.         Bagaimanakan pengembangan alat ukur atribut kognitif itu?
c.         Bagaimanakah penyusunan tes kognitif dan teknik penskorannya?
d.        Bagaimanakah contoh soal tingkat kemampuan kognitif itu?
Dari rumusan masalah tersebut dapat kami sampaikan tujuan penulisan makalah kami, yaitu :
a.       Pemahaman tentang pengertian kawasan kognitif dan pengukurannya.
b.      Pemahaman tentang alat ukur atribut kognitif.
c.       Pemahaman tentang penyusunan tes kognitif dan teknik penskorannya.
d.      Pemahaman tentang cotoh soal pada tingkat kemampuan kognitif.





II.                PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kawasan Kognitif dan Pengukurannya

Kawasan kognitif adalah kawasan pembahasan tentang tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan hingga tingkat evaluasi pembelajaran. Dan sasarannya meliputi : input (kemampuan dan kepribadian), sikap, intelegensi, transformasi dan output (lulusan).[1] Tingkatan kawasan kognitif secara hierarkis terdapat enam tingkatan, yaitu :[2]
a.      Knowlagde (Tingkat Pengetahuan) adalah kemampuan dalam menghafal atau mengingat kembali setiap pengetahuan yang diterima. Tipe pengetahuan ini termasuk tingkatan kognitif yang paling rendah, yang cocok digunakan untuk siswa-i SD/MI  antara kelas I-IV.
Kata kerja operasioanlnya adalah : menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali dan mendefinisikan. Tipe tes yang digunakan adalah : completion type (tipe melengkapi), fiil-in (tipe isian), true-false (tipe dua pilihan).
b.      Comprehension (Tingkat Pemahaman) adalah kemampuan dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterima. Kata kerja operasinalnya adalah : membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, mengintrepertasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan dan mengambil kesimpulan.
Pembagian tingkatan pengetahuan komprehensi adalah :
1.      Pengetahuan komprehensif terjemahan, seperti dapat menjelaskan fungsi hijau daun bagi suatu tanaman, dsb.
2.      Pengetahuan komprehensif penafsiran, seperti dapat membedakan yang pokok dari yang bukan pokok.
3.      Pengetahuan komprehensif ekstrapolasi, dimana siswa-i diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis atau membuat ramalan tentang konsekuensi sesuatu atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus atau masalah.
c.       Aplication (Tingkat Penerapan) adalah kemampuan siswa-i dalam menerapkan pengetahuannya dalam memecahkan berbagai permasalahan yang baru dalam kehidupan sehari-hari, baik berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Pengukuran kemampuan ini umumnya menggunakan pendekatan problem solving (pemecahan masalah). Contoh pengukuran menggunakan rumus :
Mean = ∑fx
               N
Kata kerja operasionalnya adalah : menggunakan, menerapkan, mengggeneralisasikan, menghubungkan, memilih, mengembangkan, mengorganisasi, menyusun, mengklarifikasi dan mengubah struktur.
Tipe-tipe aplikasi menurut Bloom adalah :
1.      Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi yang baru dihadapi.
2.      Dapat menyusun kembali problem untuk menetapkan prinsipnya.
3.      Dapat memberikan spesifikasi batas relevansi prinsip yang sesuai.
4.      Dapat mengenali hal-hal khusus yang menyimpang dari prinsip.
5.      Dapat menjelaskan fenomena baru berdasarkan prinsip, seperti melihat hubungan sebab-akibat atau menjelaskan proses terjadinya.
6.      Dapat meramalkan hal yang terjadi berdasarkan prinsip tertentu dan dapat menunjukkan dasar ramalan.
7.      Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan prinsip yang sesuai.
8.      Dapat menjelaskan alasan penggunaan suatu prinsip disituasi baru.
d.      Analysis (Tingkat Analisis) adalah Kemampuan siswa-i menggunakan pengetahuan untuk menganalisis situasi tertentu sehingga dapat memecahkan masalah. Dan kemampuan analisis dibagi menjadi:
1.      Analisis unsur (kemampuan merumuskan dan mengidentifikasi unsur-unsur penting dan dapat membedakan antara fakta dan nilai).
2.      Analisis hubungan (Dapat mengenal unsur dan pola hubungan).
3.      Analisis prinsip yang terorganisasi (kemampuan menganalisis pokok-pokok yang melandasi tatanan suatu organisasi).
Kata kerjanya adalah : membedakan, menemukan, menganalisis, mengklasifikasikan, mengategorikan, dan membandingkan.
e.       Syntesis (Tingkat Sintesis) adalah kemampuan siswa-i dalam mengaitkan berbagai elemen dan unsur pengetahuan, sehingga dapat menjadikan siswa-i menjadi kreatif. Hasil dari keterkaitannya adalah :
1.      Tulisan (menggabungkan tulisan untuk dibuat kesimpulannya melalui analisis).
2.      Rencana atau mekanisme (sintesis dibuat untuk membuat rencana atau mekanisme yang baik).
Kata kerja operasionalnya adalah : menggabungkan, menghasilkan, mengkhususkan, mengembangkan, menggabungkan, mengorganisasi, menyintesis, mengklasifikasi dan menyimpulkan. Tipe sintesis adalah:
1.      Kemampuan menemukan hubungan yang unik untuk dapat mengkomunikasikan gagasan, perasaan, atau pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar atau simbol ilmiah.
2.      Kemampuan menyusun rencana atau langkah operasioanal.
3.      Kemampuan mengabstraksi sejumlah fenomena, data, atau hasil observasi menjadi : teori, proporsi, hipotesis, skema atau model.
f.        Evaluation (Tingkat Evaluasi) adalah kemampuan siswa-i mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan, konsep dan situasinya.
Kriteria untuk evaluasi dapat bersifat intern (berasal dari situasi atau keadaan yang dievaluasi), dan bersifat ekstern (yang berasal dari luar situasi atau kejadian yang dinilai/dievaluasi).[3]
Kata kerja operasional evaluasi adalah : menafsirkan, menilai, menentukan, mempertimbangkan, membandingkan, melakukan, memutuskan, dan mengargumenkan. Dan klasifikasinya adalah:
1.      Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen. (ketapatan internal)
2.      Dapat memberikan evaluasi tentang keajegan dalam memberikan argumentasi, evidensi dan kesimpulan, logika dan organisasi. (keajegan internal)
3.      Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai dalam mengambil keputusan. (kriteria internal)
4.      Dapat mengevaluasi suatu karya dengan membandingkannya dengan karya lain yang relevan. (kriteria eksternal)
5.      Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. (kriteria eksternal)
6.      Dapat memberikan evaluasi suantu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.[4]

B.     Pengembangan Alat Ukur Atribut Kognitif
Langkah-langkah pengembangan alat ukur atribut kognitif meliputi penyusunan alat ukur yang hendaknya isinya menyeluruh, rinci dan spesifik. Pertimbangan spesifikasi alat ukur meliputi :
1.      Menentukan wilayah yang akan dikenai pengukuran.
Hal-hal yang akan dikenai pengukuran secara teknis adalah :
a.       Atribut kognitif (Hasil belajar, intelegensi dan potensi intelektual).
b.      Atribut non kognitif.
2.      Menentukan dasar konseptual atau dasar teoritis yang akan digunakan sebagai landasan. Dan penerapannya berupa treatment atau perlakuan terhadap manusia. Adapun macam-macam dasar konseptual adalah :
a.       Dasar konseptual mengenai hal belajar
b.      Dasar konsetual mengenai intelegensi.
c.       Dasar konseptual menegenai potensi intelektual.
3.      Menentukan subyek yang akan dikenai pengukuran.
Subyek yang akan dikenai tes sangat mempengaruhi karakteristik tes yang akan dikembangkan. Sehingga obyek tes ditentukan diawal.
4.      Menentukan tujuan pengukuran.
5.      Menentukan materi alat ukur.
Materi yang dapat digunakan dalam bidang tes adalah :
a.       Materi projektif adalah yang digunakan untuk menyusun instrumen dalam mengukur atribut non kognitif.
b.      Materi non projektif yang digunakan untuk menyusun instrumen dalam mengukur atribut kognitif. seperti : materi verbal, non verbal dan materi yang berupa tugas penampilan (Performance).
6.      Menentukan tipe soal materi non prijektif  dengan memperhatikan :
a.       Alat ukur menuntut subyek merespon dengan uraian. Tes berupa uraian atau esai.
b.      Alat ukur menuntut subyek memilih alternatif jawaban yang disajikan atau ditawarkan. Ters berupa soal obyektif.
Pertimbangan dalam pemilihan tipe soal adalah :
a.       Tujuan testing.                                    c. Kegiatan penyelenggaraan tes.
b.      Cara penyekoran.                    d. Pencetakan tes.
7.      Menentukan jumlah soal untuk keseluruhan alat ukur dan masing-masing bagiannya. Faktor dalam penentuan banyak soal tes adalah :
a.       Hubungan antara banyaknya soal dengan bobot soal.
b.      Hubungan antara banyak soal dan reabilitas tes.[5]
Variasi rumus Spearman-Brown tentang taraf reabilitas adalah :
c.       Hubungan antara banyaknya soal dengan waktu tes.
d.      Hubungan antara banyaknya soal dengan uji coba tes.
8.      Menentukan taraf kesukaran soal dan distribusinya.
Kesukaran soal adalah : proporsi atau presentase subyek yang menjawab soal dengan benar. Rumus indeknya adalah : p = B/T dengan keterangan :
P : Indeks kesukaran soal.
B : Banyaknya subyek yang menjawab soal dengan benar.
T : Banyaknya subyek yang mengerjakan soal.
9.      Menyusun kisi-kisi atau “test blue print.
Tujuan penyusunanya adalah : sebagai petunjuk efektif bagi penyususn tes. Dan panduan yang digunakan untuk pengukuran potensi dan intelektual adalah : kontruksi teoritis yang disusun berdasarkan teori untuk melandasi pengukurannya.
10.  Merencanakan tugas-tugas untuk para penulis soal.
11.  Mererncanakan perakitan soal.
12.  Merencanakan jadwal penerbitan alat ukur.[6]

C.    Penyusunan Tes kognitif dan Teknik Penskorannya
Bentuk-bentuk tes kognitif adalah :
a.      Tes Lisan di kelas
Pertanyaan yang ditujukan untuk mengetahui taraf serap siswa-i secara merata. Prinsip pertanyaan adalah: mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir dan menunjuk siswa untuk  menjawab.
b.      Bentuk pilihan ganda
Pedoman utama pembuatan butir soalnya menurut Ebel adalah :
1.      Pokok soal harus jelas.
2.      Pilihan jawaban homogen dalma arti isi.
3.      Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.
4.      Tidak ada petunjul jawaban benar.
5.      Hindari pilihan jawaban : semua benar atau semua salah.
6.      Pilihan jawaban angka diurutkan.
7.      Semua pilihan jawaban logis.
8.      Jangan menggunakan negatif ganda.
9.      Kalimat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa-i.
10.  Bahasa Indonesia yang digunakan baku.
11.  Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
c.       Bentuk uraian objektif
Bentuk uraian objektif tepat untuk mata pelajaran eksak seperti IPA dan matematika, karena kunci jawaban hanya satu dan ada skor pada setiap pengerjaan rumus. Bentuk pertanyaannya adalah : hitunglah, tafsirkan atau buatlah kesimpulan.
d.      Bentuk uraian non objektif
Penilaian tes ini cenderung dipengaruhi oleh subyektifitas dari penilai. Tes ini menuntut siswa-i untuk mampu menyampaikan, memilih, menyusun dan memadukan gagasan atau ide yang telah dimiliki dengan kata-katanya sendiri.
Kelemahan tes ini adalah :
1.      Penskoran sering dipengaruhi oleh subyektivitas.
2.      Memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa lembar jawaban.
3.      Cakupan materi yang diujikan sangat terbatas.
4.      Adanya effect bluffing (rekayasa).
Dan cara untuk menghindari kelemahan tersebut adalah :
1.      Jawaban tiap skor tidak panjang, supaya cakupan materi banyak.
2.      Tidak melihat nama siswa-i.
3.      Memeriksa setiap jawaban dengan seksama.
4.      Menyiapkan pedoman penskoran.


Kaidah penulisan soal bentuk uraian non objektif adalah :
1.      Gunakan kata : mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan.
2.      Hindari penggunaan pertanyaan : siapa, apa dan bila.
3.      Menggunakan bahasa indonesia yang baku.
4.      Hindari menggunakan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda.
5.      Buat petunjuk mengerjakan soal.
6.      Buat kunci jawaban.
7.      Buat pedoman penskoran.
e.       Bentuk jawaban singkat
Bentuk tes ini ditandai dengan adanya tempat kosong untuk menuliskan jawaban sesuai petunjuk. Bentuk tes ini meliputi : jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian dan jenis identifikasi atau asosiasi. Kaidah utama penyusunannya adalah :
1.      Soal harus sesuai dengan indikator.
2.      Jawaban yang benar hanya satu.
3.      Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
4.      Bentuk soal menggunakan bahasa indonesia baku.
f.       Bentuk menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, dafter kemungkinan jawaban dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis dengan kemungkinan jawaban. Kaidah pokok penulisannya adalah :
1.      Soal harus sesuai dengan indikator.
2.      Jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari premis.
3.      Alternatif jawaban harus “nyambung” atau berhubungan secara logis dengan premisnya.
4.      Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
5.      Butir soal menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.


g.      Unjuk kerja atau performance
Penilaian ini disebut juga penilaian autentik atau alternatif, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa-i dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata. Penilaiannya menggunakan tes unjuk kerja. Hasil tesnya digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran, sehingga kemampuan siswa-idapat mencapai tingkat yang diinginkan. Tes ini lebih banyak digunakan untuk mata pelajaran yang ada prakteknya.
h.      Portofolio
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa-i, ini adalah salah satu bentuk penilaian autentik atau yang menilai keadaan sesungguhnya. Hal yang terpenting adalah mempunyai kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas. Bentuk ujiannya cenderung bentuk uraian dan tugas-tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang atau mnegerjakan soal. Acuan penilaian portofolio adalah:
1.      Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya sendiri.
2.      Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.
3.      Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.
4.      Menentukan kriteria untuk menilai portofolio.
5.      Meminta siswa-i untuk menilai secara terus menerus hasil portofolionya.
6.      Merencanakan pertemuan dengan siswa-i yang dinilai.
7.      Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio.
Pedoman penskoran tes kognitif adalah :
a.       Contoh pedoman penskoran soal bentuk pilihan ganda
1.      Penskoran tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan adalah satu untuk tiap butir yang dijawab benar. Sehingga jumlah skor sesuai dengan banyak butir yang dijawab dengan benar. Skor = x B 100
           N
                        B = Banyak butir yang dijawab benar.
                        N = banyaknya butir soal
2.      Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah :
Skor = [( B -   S    ) / N] x 100
                    P-I
B = Banyaknya butir soal yang dijawab benar
S = Banyaknya butir soal yang dijawab salah
P = Banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N = Banyaknya butir soal
b.      Contoh pedoman penskoran soal uraian objektif
Indikator : Peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan ukurannya.
Soal : Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk menjawab, tulislah langkah-langkahnya).
Langkah
Kunci Jawaban
Skor
1
2
3
4


5
Isi balok = Panjang x lebar x tinggi
               = 150 cm x 80 cm x 75 cm
               = 900.000 cm³
Isi bak mandi dalam liter :
= 900.000 liter
     1000
= 900 liter
1
1
1
1


1

Skor Maksimum
5

c.       Contoh pedoman penskoran soal uraian non objektif
Indikator  : Siswa-i dapat mendeskripsikan alasan warga negara  Indonesia bangga menjadi bangsa Indonesia.
Soal      : Tulislah alasan-alasan yang membuat anda berbangga      sebagai bangsa Indonesia!
Pedoman penskoran adalah : Jawaban boleh bermacam-macam, namun pokok jawaban tidak keluar dari tema sebagai berikut :
Kriteria Jawaban
Rentang Skor
Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam Indonesia.
0-2
Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air Indonesia (pemandangan alamnya, geografisnya, dll)
0-2
Kebanggaan yang berkaitan dengan keanekaragamanan budaya, suku, adat istiadat tetapi tetap bersatu
0-2
Kebanggan yang berkaitan dengan keramahtamahan masyarakat Indonesia
0-2
Skor maksimum
8

d.      Pembobotan soal uraian
Pembobotan soal adalah pemberian bobot pada soal dengan cara membandingkannya dengan soal lain dalam suatu perangkat tes yang sama. Bobot setiap soal ada dalam suatu perangkat tes, yang ditentukan dengan karakteristik tertentu. Rumus untuk menghitung SBS (Skor Butir Soal) adalah : SBS = a x c
                                                              b
a = Skor mentah yang diperoleh siswa-i untuk butir soal
b = Skor mentah maksimum soal
c =  Bobot soal
Setelah memperoleh SBS, selanjutnya dapat menghitung total STP (Skor Total Peserta Didik), dengan rumus sebagai berikut :
STP = ∑ SBS
Contoh 1 = Bobot soal sama dengan skala 0 sampai dengan 100
No Soal
Skor
Mentah
Perolehan
Skor
Mentah
Maksimum
Bobot
Soal
Skor
Bobot
Soal
(a)
(b)
(c)
(SBS)
01
30
60
20
10,00
02
20
40
30
15,00
03
10
20
30
15,00
04
20
20
20
20,00
Jumlah
80
140
100
60,00 (STP)

Contoh 2 = Bila STP ≠ Total Bobot Soal dan Skala 100
No Soal
Skor
Mentah
Perolehan
Skor
Mentah
Maksimum
Bobot
Soal
Skor
Bobot
Soal
(a)
(b)
(c)
(SBS)
01
30
60
20
10,00
02
40
40
30
30,00
03
20
20
30
30,00
04
10
20
20
10,00
Jumlah
100
140
100
10,00 (STP)

e.       Pembobotan soal bentuk campuran
Soal bentuk campuran terdiri dari bentuk pilihan dan uraian. Pembobotan soal ditentukan oleh cakupan materi dan kompleksitas jawaban, pada umumnya soal pilihan ganda berjumlah lebih banyak dan soal uraian lebih sedikit namun nilainya lebih besar. Cara penilaiannya adalah :
a.       Skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban dugaan = (X/20) x 100 = 80.
b.      Skor bentuk uraian adalah = (X/40) x 100 = 50.
c.       Skor akhir = 0,4 x (80) + 0,6 (50) = 62.[7]




D.    Contoh Soal Tingkat Kemampuan Kognitif
a.       Soal (Knowladge) Pengetahuan Hafalan
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan melingkari huruf pada lembar jawaban.
1.      Kata Indonesia yang digunakan untuk nama tanah air kita ditemukan oleh seseorang bernama :
a.       Rafless                                                c. Marcopolo               e. John Locke.
b.      James Ricardson Logan          d. James watt
2.      Massa jenis suatu zat adalah perbandingan antara :
a.       Massa dan berat          c. Volume dan berat    e. Massa dan Panjang
b.      Berat dan volume        d. Luas dan volume
b.      Soal Pemahaman atau Komprehensif
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan melingkarinya.
1.      Istilah polisemi[8] dalam hubungannya dengan tata makna bahasa Indonesia berarti :
a.       Dua kata yang mempunyai makna yang bertentangan.
b.      Satu kata yang sama bentuknya, tetapi berbeda artinya bergantung pada konteksnya dalam kalimat.
c.       Dua kata yang mempunyai arti yang sama atau hampir sama.
d.      Sebuah kata yang mempunyai arti lebih dari satu makna.
e.       Dua kata yang sama sekali tidak mempunyai hubungan makna.
2.      Hujan orografis[9] disebabkan oleh :
a.       Pemanasan matahari yang kuat.
b.      Angin naik pegunungan.
c.       Angin laut siang hari.
d.      Angin darat malam hari.
e.       Angin musim.


c.       Soal Penerapan atau Aplikasi
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (X)pada salah satu jawaban yang anda anggap paling benar.
1.      Seseorang sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dituntut oleh rasa kemanusiaanya untuk ?
a.       Menghormati dan menghargai orang lain.
b.      Mencari nafkah.
c.       Menaati undang-undang.
d.      Menduduki jabatan penting.
e.       Menjaga kesehatan.
2.      “May i use your typewriter, Anton ?” Mary asked. Mary asked Anton ... his typewriter.
a.       If she might use.         c. Whether we would permit her to use.
b.      If she could use.          d. Wheter he would allow her to use.
d.      Soal Penerapan Analisis
Pilih salah satu dan berilah tanda (X) dilembar jawaban pada :
A  Jika (1), (2) dan (3) betul.
B Jika (1) dan (3) betul.
C.Jika (2) dan (4) betul.
D Jika semuanya betul
1.      Termasuk empat pokok pikiran pembukaan UUD 1945 adalah :
(1)   Bentuk pemerintahan negera Republik.
(2)   Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3)   Kedaulatan Negara di tangan MPR.
(4)   Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
2.      Demokrasi Pancasila norma-norma pokoknya berdasarkan?
(1)   Kepentingan rakyat.                (3) Keputusan Presiden.
(2)   Pembukaan UUD 1945.          (4) UUD 1945.

e.       Soal penerapan sintesis
Pilih salah satu jawaban yang tepat dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf yang terletak didepan jawaban yang anda anggap benar.
1.      Pada suatu kecelakaan lalu lintas, seorang pemuda mengalami pendarahan yang segera memerlukan pengobatan dan penambahan darah. Dari pemeriksaan dokter ternyata golongan darah pemuda tersebut AB. Untuk keperluan tersebut harus dicarikan donor darah dengan golongan darah :
a.       Harus golongan AB saja.
b.      Semua golongan darah bisa karena golongan AB adalah universal.
c.       Semua yang tersebut diatas salah.
f.       Soal penerapan evaluasi
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda (X) pada jawaban.
1.      Puisi pertama hasil karya Chairil Anwar yang sangat egoistis adalah :
a.       Surga                                       c. Nisan
b.      Karawang-Bekasi                    d. Aku[10]





III.             KESIMPULAN

Kawasan kognitif adalah kawasan pembahasan tentang tujuan pembelajaran yang berawal dari tingkat pengetahuan hingga tingkat evaluasi pembelajaran. Yang meliputi : Tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Langkah-langkah pengembangan alat ukur atribut kognitif meliputi hendaknya isinya menyeluruh, rinci dan spesifik. Dengan pertimbangan:
2.         Menentukan wilayah yang akan dikenai pengukuran.
3.         Menentukan dasar konseptual atau dasar teoritis sebagai landasan.
4.         Menentukan subyek yang akan dikenai pengukuran.
5.         Menentukan tujuan pengukuran.
6.         Menentukan materi alat ukur.
7.         Menentukan tipe soal yang akan digunakan.
8.         Menentukan jumlah soal untuk keseluruhan alat ukur.
9.         Menentukan taraf kesukaran soal dan distribusinya.
10.     Meyusun kisi-kisi atau “test blue print.
11.     Merencanakan tugas-tugas untuk para penulis soal.
12.     Mererncanakan perakitan soal.
13.     Merencanakan jadwal penerbitan alat ukur.
Bentuk-bentuk tes kognitif adalah : Tes lisan dikelas, bentuk pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif, jawaban singkat, menjodohkan, unjuk kerja/performance dan portofolio.
Contoh soal tingkat kemampuan kognitif meliputi : Soal pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
 
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsmini. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : PT. Remaja Roosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta : CV Andi Offset.
Uno, B. Hamzah. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.



[1] Suharsmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009, cet. Ke-9), 19-23.
[2] Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011, cet ke-7), 34-37.

[3] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), 108-116.
[4] Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT. Remaja Roosdakarya, 2008), 43-48.
[5] Reabilitas tes adalah fungsi dari interkorelasi soal atau korelasi antara soal dengan perangkat tes dan banyak soal.
[6] Sumadi Suryabrata, Pengembangan Alat Ukur Psikologis, (Yogyakarta : CV Andi Offset, 2005), 47-67.
[7] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Multi Pressindo, 2010, cet ke-III), 161-171.
[8] Satu kata dengan arti lebih dari satu.
[9] Orografis adalah gerakan udara lembap berskala besar ke atas melintasi pegunungan yan, mengakibatkan pendinginan dan kondensasi sehingga terjadilah hujan.
[10] Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT. Remaja Roosdakarya, 2008), 48-54.