Selasa, 23 Oktober 2012

Filsafat Bahasa dan Upaya Mencari Relasi


FILSAFAT BAHASA DAN UPAYA MENCARI RELASI




I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa dan filsafat adalah dua hal yang senantiasa berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, dua hal tersebut bahkan diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang senantiasa bersatu meskipun mempunyai tampilan yang berbeda. Pengkajian bahasa telah berlaku sepanjang sejarah filsafat, bahkan bahasa menjadi tema yang menarik dan memainkan peran yang penting dalam kajian ilmu filsafat semenjak abad ke-20  hingga sekarang.
Bahasa sebagai lambang bunyi arbiter yang berfungsi sebagai alat komunikasi mengantarkan manusia menuju proses hubungan dan menimbulkan suatu keterkaitan. Sehingga sekelompok manusia tidak akan dapat bertahan dalam kurun waktu tertentu jika tanpa bahasa. Hal tersebut telah menjadikan manusia senantiasa berelasi erat dengan bahasa, bahkan manusia senantiasa bergantung pada keberadaan bahasa.[1]
Ketika bahasa dan filsafat memiliki kaitan yang sangat erat, maka filsafat bahasa memiliki pengaruh besar dalam hubungan bermasyarakat. Bahkan disebutkan bahwa terdapat relasi antara filsafat dan bahasa.

B.     Rumusan Masalah
a.    Bagaimanakah pengertian dari filsafat bahasa?
b.    Bagaimanakah maksud dari obyek, metode dan manfaat dari filsafat bahasa?
c.    Apa sajakan hakekat yang terdapat dalam fungsi bahasa?
d.   Bagaimanakah relasi antara bahasa dan filsafat?


II.                PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat Bahasa

Filsafat menurt bahasa terdiri dari kata philen yang berarti Love (cinta) dan sophia yang berarti Wisdom (kebijaksanaan), sehingga secara etimologis filsafat berarti love of wisdom (cinta akan kebijaksanaan) secara mendalam. Hal tersebut menyebabkan munculnya pernyataan bahwa seorang filosof (ahli filsafat) adalah seseorang yang sangat mencintai kebijaksanaan secara mendalam.
Filsafat menurut Istilah berasal dari bahasa Arab dan diambil dari kata falsafah. Istilah ini diadopsi dari bahasa Yunani yaitu “philosophia[2]. Sejarah kemunculannya adalah berawal ketika dunia Eropa khususnya Bangsa Yunani berada dalam kegelapan berpikir, karena filsafat atau ijtihad dikalahkan oleh doktrin iman Kristiani yang mempunyai kebijakan bahwa segala sesuatu berpusat pada gereja dan tidak ada yang boleh berpikir serta mengeluarkan pendapat tentang sesuatu. Namun keadaan terjadi sebaliknya di Timur atau dunia Islam yang sedang berada pada masa keemasan, karena filsafat dan ilmu pengetahuan serta tekhnologi maju dengan pesat. Sehingga muncullah kebijakan dari penguasa Islam untuk melakukan penterjemahan berbagai buku asing dari bahasa Yunani, India, Cina dan Persia kedalam bahasa arab untuk semua disiplin Ilmu.
Beberapa pengertian mengenai filsafat adalah :
a.       Menurut ahli filsafat, pemahaman mengenai filsafat tidak cukup dengan pendekatan etimologis. Menurut Aristoteles, definisi (pengertian) adalah esensi dari sesuatu. Sehingga untuk dapat menemukan makna yang esensi seseorang harus melakukan penjelajahan pemikiran secara radikal atau mendalam, logis dan serius.
b.      Menurut pendapat Aristoteles : Jika filsafat adalah sesuatu yang benar maka hendaknya dia diikuti, namun jika filsafat itu adalah sesuatu yang salah maka hendaknya dia ditolak.[3]
c.       Al-Ghozali tidak menolak filsafat, namun akhirnya ia menemukan (al-haqiqah atau the reality), kebenaran yang hakikat dan dicari melalui (thariqat) jalan (tasawuf irfani) tasawuf yang bukan mistisisme. Yaitu metode pencarian kebenaran melalui pembersihan jiwa dengan menghindarkan diri dari bermaksiat serta senantiasa meksanaan syari’at secara menyeluruh dan menghambakan diri secara penuh.
d.      Menurut Mohammad Hatta lebih baik tidak dibicarakan lebih dahulu,  sebab lambat laun seseorang akan memahami pengertiannya setelah banyak membaca atau mempelajari filsafat sesuai tingkat pemahamannya dari konotasi filsafat yang telah dipelajari. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Langeveld, yaitu : “Setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum tentang apa itu filsafat. Dan mungkin dengan ia berfilsafat ia akan semakin memahami maksud dari filsafat itu secara lebih mendalam”.[4]
e.       Menurut Plato, filsafat adalah suatu ilmu yang membicarakan tentang hakikat sesuatu, dan dikembangkan oleh muridnya menjadi : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis.
f.       Menurut Immanuel kant (1724-1804 M), Filsafat adalah ilmu pengetahuan mengenai pokok pangkal dari segala pengetahuan dan perbuatan. [5]
Selain filsafat, muncul juga Istilah tentang filsafat bahasa. Filsafat bahasa  merupakan sesuatu yang baru, dan muncul di abad-20. Menurut beberapa ahli, filsafat bahasa adalah :
a.       Menurut Verhaar terdapat dua istilah dalam filsafat bahasa, yaitu :
1.      Filsafat mengenai bahasa : Sebuah sistem yang dipergunakan seorang filosof untuk melakukan pendekatan terhadap bahasa sebagai sebuah obyek kajian. Contoh : Ilmu bahasa memiliki obyek kajian berupa psikologi bahasa atau psikolinguistik.
2.      Filsafat berdasarkan bahasa : Sebuah alat yang digunakan untuk mencari sumber yang akan dijadikan tiitk pangkal penyedia segala kebutuhan.
b.      Menurut Rizal Mustansyir, Filsafat bahasa adalah : penyelidikan yang mendalam terhadap bahasa yang dipergunakan dalam filsafat, sehingga dapat dibedakan antara filsafat yang mengandung makna dan tidak mengandung makna.[6]
c.       Menurut J. R Searle terdapat perbedaan antara istilah filsafat bahasa dan filsafat linguistik/kebahasaan, yaitu :
2.        Filsafat bahasa (philosopy of leanguage) adalah : Suatu upaya yang mengandung analisis mengenai unsur-unsur umum dalam bahasa, mengenai : makna, acuan atau referensi, kebenaran, verifikasi, tindak tutur dan ketidaknalaran. Dan ia menjadi pokok pembahasan dalam  filsafat.
3.        Filsafat kebahasaan (linguistic philosppy) adalah : Suatu upaya untuk memecahkan masalah-masalah filosofis dengan menganalisis makna kata dan hubungan logis antar kata dalam bahasa. Dan ia adalah salah satu metode dalam ilmu filsafat.
d.      Menurut Frege, filsafat bahasa mempunyai pengertian berbeda tentang : arti (sense) dan acuan (referennce). Karena kedua hal tersebut memiliki unsur ketiga, yaitu : makna (isi pendeskripsian) yang memberikan cara untuk menguraikan atau mendeskripsikan untuk mencapai suatu arti yang diacu atau dituju.  Hal tersebut berdasarkan pada pemikiran bahwa suatu pernyataan antara “A” dan “B” mungkin dapat dinyatakan identik atau serupa namun mengandung informasi yang yang faktual atau lebih banyak. Contoh : Katz menyatakan, “Bintang sore adalah bintang pagi”.  A = Bintang sore dan B= Bintang Pagi. Hal ini dapat kita benarkan, karena bintang sore dan bintang pagi mengacu pada bintang yang sama, yaitu bintang kejora. Itu berarti : A dan B adalah identik, namun terdapat informasi yang lebih dibalik kedua hal tersebut.
e.       Menurut Russel dan Wittgenstein, menyatakan bahwa kata mempunyai hubungan dengan dunia diluar dirinya, mengandung kriteria kebermaknaan dan prinsip pemastian atau verifikasi. Contoh : Ada kuda makan rumput dikandang. Secara analisis kata tersebut benar, karena kuda adalah binatang yang dipelihara dikandang dan ia adalah pemakan rumput. Namun secara empiris akan dipertimbangkan kebenarannya, karena ada kemungkinan ada kuda yang dipelihara diluar kandang dan sedang makan rumput, mungkin juga ada kuda didalam kandang namun tidak sedang makan rumput, atau juga hewan yang dipelihara didalam kandan tersebut adalah sapi dan ia sedang makan rumput.
f.       Menurut Austin, filsafat bahasa membahas tentang pernyataan salah atau benar atas suatu tutur kata.[7]
B.     Obyek dan Metode dalam Filsafat Bahasa
Obyek dalam konteks ilmu pengetahuan mempunyai pengertian sebagai suatu hal, benda atau perkara yang menjadi sasaran penelitian atau studi. Sedangkan Obyek dalam filsafat bahasa meliputi :
a.       Objek material : Segala sesuatu yang ada (Al-Maujud), baik yang dapat dirasakan atau tidak, konkret atau tidak, serta segala hal yang menyangkut keyakinan kepada Tuhan, alam semesta, manusia, bahasa, hukum, politik, seni, sains, sejarah, agama, ekonomi, budaya dan pendidikan.
b.      Objek formal : Sudut pandang yang menyeluruh, sehingga dapat mencapai hakikat objek materialnya, yaitu segala sesuatu yang ada di bumi.
Metode yang digunakan dalam mempelajari filsafat bahasa adalah :
1.      Metode Historis atau Metode Sejarah : Metode dalam pengkajian filsafat berdasarkan pada prinsip-prinsip metode historigrafi atau sejarah, yang meliputi :
a.       Heuristik : Penentuan sumber kajian.
b.      Kritik : Mengkritisi keabsahan sumber kajian.
c.       Interpretasi : Melakukan penafsiran terhadap isi sumber kaijian atau memberikan pendapat terhadap pemikiran seorang ahli filsafat tentang pemikirannya berkenaan seputar bahasa.
d.      Histografi : Tahapan penulisan berupa rangkaian cerita sejarah dalam konteks sejarah filsafat bahasa.
2.      Metode Sistematis : Metode dalam pengkajian filsafat berdasarkan pada pendekatan material atau isi pemikiran. Alur pembelajarannya adalah : Mempelajari aspek ontologi filsafat bahasa, kemudian aspek epistimologi dan berakhir di aspek aksiologi filsafat bahasa.
3.      Metode Kritis : Metode dalam pengkajian filsafat, yang digunakan oleh seseorang yang telah memiliki pengetahuan dasar tentang filsafat melalui sebuah kritik atas suatu pemikiran. Dicetuskan oleh George Moore ketika mengkritisi filsafat neo-hegalianisme (neo-idealisme) di Inggris. Yang kemudian diteruskan oleh : B. Russell dan Wittgestein.
4.      Metode Analisis Abstrak : Metode pengkajian filsafat yang menguraikan setiap fenomena kebahasaan dengan cara memilah-milah dan digeneralisasikan sesuai dengan kaidah berpikir logis.
5.      Metode Intuitif : Metode dalam pengkajian filsafat yang menggunakan sistem intropeksi intuitif dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Filsafat ini telah digunakan oleh para ahli teori islam atau ilmu Tasawuf dalam menggungkapkan hakikat kebahasaan. Dicetuskan oleh : Henry Bergson.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka manfaat dari mempelajari filsafat bahasa adalah berusaha menemukan kebenaran dan realitas yang sesungguhnya tentang segala sesuatu dengan cara berpikir mendalam atau serius, untuk menemukan solusi yang tuntas dan logis. Terdapat juga beberapa manfaat lain, yaitu :
a.    Menambah pengetahuan baru.
b.    Bisa berpikir logis.
c.    Biasa berpikir mendalam dan kritis
d.   Terlatih menyelesaikan masalah secara kritis, mendalam dan logis.
e.    Melatih berpikir jernih.
f.     Melatih berpikir objektif.[8]
C.    Hakikat dan Fungsi Bahasa

Bahasa adalah salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, karena bahasa senantiasa ada dalam diri manusia, alam, sejarah, dan wahyu Tuhan. Dan Tuhan juga menampakkan diri-Nya melalui bahasa-Nya, yaitu : bahasa alam dan kitab suci (ayat kauniyah dan wahyu), sehingga mempelajari bahasa merupakan salah satu bentuk ibadah kita.
Batasan makna bahasa menurut para ilmuan bahasa adalah:
a.   Menurut Harimurti, bahasa adalah sistem lambang arbiter yang dipergunakan masyarakat sebagai alat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. [9]
b.   Menurut kamus besar bahasa indonesia, bahasa adalah :
1.      Sistem lambang bunyi berartikulasi atau yang dihasilkan oleh alat-alat ucap yang bersifat sewenang-wenang (arbiter) dan konvesional, yang digunkaan sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
2.      Ucapan-ucapan yang digunakan oleh suatu bangsa, baik oleh suatu suku bangsa, penduduk suatu daerah atau negara.
3.      Percakapan yang baik, sopan santun dan tingkah laku yang baik.[10]
c.    Menurut Bloch dan Trager, dan Joseph Bram bahasa adalah : sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter dan digunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat komunikasi.
d.   Menurut Ronald Wardhaugh, bahasa adalah suatu sistem dalam simbol-simbol bunyi yang arniter dan digunakan untuk komunikasi manusia.
Kata kunci dari bahasa adalah “simbol”, yang berasal dari bahasa Yunani “Symbolon” yang artinya : tanda pengenal, lencana, atau semboyan. Dan di Yunani simbol adalah sebuah identitas yang salah satu fungsinya untuk mengikat persahabatan, contoh : sebuah batu yang dibelah, sehingga pemegangnya mempunyai bukti kongkret dari persahabatan mereka karena identitas tersebut.
Pengertian dari lambang atau simbol mengandung dualisme makna, karena mengandung dua unsur, yaitu: Bentuk (form/shighat) yang berwujud pada ucapan (aktustis) dan arti (meaning/ma’na) yang ditujukan pada benda (realitas, peristiwa, fenomena dan perkara).
Maksud dari arbitary simbol adalah lambang yang tidak mempunyai hubungan mutlak atau perhubungan sewajarnya dengan realitas. Contohnya kata bunga mempunyai perimbangan dalam berbagai bahasa, yaitu: flower (Inggris), kembang (Jawa), puspa (Sansekerta), hana (Jepang), dei blume (Jerman), la fleur (Perancis), dan az-Zahrah (Arab). Adapun maksud dari penjelasan macam-macam perimbangan bahasa tersebut adalah bahwasanya suatu bahasa akan bermaksud dengan arti bunga misalnya, maka ia trgantung pada siapakan pemakai dari bahasa tersebut. Sehingga bahasa dapat dirasakan sebagai suatu kebiasaan yang sudah disepakati oleh pengguna bahasa tersebut.
Dan pengertian dri bahasa sebagai bunyi atau vokal adalah sebagai cara untuk membedakan antara bahasa dengan lambang-lambang lainnya, seperti: lambang yang dinyatakan dengan gerakan badan, yang dinyatakan dengan bendera atau yang dinyatakan dengan kedip sinar lampu.[11]
Menurut Henry Guntur Taringan, terdapat hubungan antara simbol dan sesuatu yang dilambangkan manusia dalam bahasanya, dimana hal tersebut tidak terjadi hanya dengan sendirinya atau berifat alamiyah seperti hubungan antara awan hitam dan turunya hujan atau tingginya panas badan dengan kemungkinan terjadinya infeksi. Namun simbol atau lambang dari bahasa memperoleh fungsi khususnya dari kesepakatan suatu kelompok sosial dan tidak dapat menimbulkan efek bagi yang tidak termasuk kedalam kelompok sosial tersebut.[12]
Menurut Aminuddin, dalam dunia filsafat, makna dari suatu bahasa mendapatkan perhatian khusus dari para tokoh filsafat bahasa. Dan jika dikaitkan dengan aspek bahasa atau semantika, terdapat delapan belas ciri-ciri bahasa manusia yang membedakannya dari bahasa binatang, yaitu :
1.    Bahasa yang digunakan bersifat tetap dan memiliki kriteria tertentu.
2.    Organisme yang digunakan memiliki hubungan timbal balik.
3.    Menggunakan kriteria pragmatik, berkaitan dengan bunyi segmental.
4.    Mengandung kriteria semantis atau fungsi aspek bahasa tertentu.
5.    Memiliki kriteria sintaksis, kata-kata penyusun kalimat harus disusun sesuai dengan pola kalimat yang telah disepakati.
6.    Melibatkan unsur bunyi atau audiovisual.
7.    Memiliki kriteria kombinasi dan bersifat produktif.
8.    Bersifat arbiter dan dipilih secara acak sesuai keinginan penutur.
9.    Memiliki ciri Prevarikasi.[13]
10.     Terbatas dan relatif tetap.
11.     Mengandung kontinuitas dan mengandung diskontinuitas.
12.     Bersifat hierarkis atau pemakain keeradaannya memiliki tataran yang berada dalam tata tingkat teretntu.
13.     Bersifat sistematis.
14.     Saling melengkapi dan mengisi.
15.     Informasi kebahasaan dapat disegmentasikan, dihubungkan, disatukan dan diabadikan.
16.     Transmisi budaya.
17.     Bahasa dapat dipelajari.
18.     Bahasa dalam pemakaiannya bersifat bidimensional atau kebenaran artinya ditentukan oleh kehadiran dan hubungan antar lambang kebahasaan, penutur dan konteks sosial dan situasional yang melatar belakangi pengucapan bahsa tersebut.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi, berasal dari bahasa ingris “communication” dan bersumber dari bahasa communis yang berarti “sama”. Dalam percakapan, komunikasi akan berlangsung hanya ketika terdapat kesamaan makna atau bahasa yang digunakan.[14]
Fungsi bahasa menurut Roman Jakobson adalah :
1.      Emotive Speech : bahasa mempengaruhi psikologis (sikap dan emosi).
2.      Phatic speech : berfungsi untuk memelihara hubungan sosial.
3.      Cognitive speech : berfungsi informatif.
4.      Rhetorical speech : dapat mempengaruhi pikiran dan tingkah laku.
5.      Metalingual speech : berfungsi sebagai kode komunikasi.
6.      Poetic speech : berfungsi sebagai pengistimewa nilai estetika.
Fungsi bahasa menurut menurut Finocchiaro :
1.      Personal : menyatakan emosi, kebutuhan, pikiran, perasaan dan sikap.
2.      Interpersonal : Mempererat hubungan sosial.
3.      Directive : Mengendalikan orang lain melalui ucapan yang persuasif.
4.      Referential : Membicarakan obyek atau peristiwa disekeliling kita.
5.      Metainguistic : berfungsi sebagai kode komunikasi.
7.      Omaginative : berfungsi sebagai pengistimewa nilai estetika.
Fungsi bahasa menurut Karl Raimun Popper :
1.      Ekspresif : ungkapan pribadi seseorang.
2.      Signal : reaksi sebagai jawaban atas suatu tanda.
3.      Deskriptif : penentu pernyataan yang benar atau salah.
4.      Argumentatif : untuk mempertahankan gagasan yang valid dan logis.
Fungsi bahasa menurut P. W. J. Nababan :
1.      Kebudayaan : Sarana perkembangan, penerus dan inventaris budaya.
2.      Kemasyarakatan : Bahasa nasional sebagai lambang identitas, kebanggan dan alat penghubung antar daerah. Bahasa yang digunakan kelompok tertentu seperti suku bangsa.
3.      Perorangan : fungsi instrumental, menyuruh, interaksi, kepribadian, pemecahan masalahdan khayalan.
4.      Pendidikan : fungsi integratif, instrumental, kultural dan penalaran.[15]

D.    Relasi bahasa dan Filsafat

Bahasa adalah alat untuk mengkomunikasikan suatu gagasan kepada orang lain, contohnya adalah seorang filosof yang senantiasa bergantung pada bahasa untuk mengungkapkan fikiran dan hasil perenungannya. Menurut Louis O. Katsooff, sistem filsafat terkadang dipandang sebagai suatu bahasa dan perenungan kefilsafatan dapat dipandang sebagai upaya penyususn bahasa. Bahasa dan filsafat senantiasa berieingan, karena bahasa adalah simbol dan filsafat adalah alat untuk mencari jawaban atau makna seluruh simbol yang ada di alam semesta ini. Sehingga antara keduanya terdapat relasi yang menganut hukum kausitas (sebab akibat), sehingga seorang filosof akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat akrabnya yang tidak akan terpisahkan oleh siapapun dan dalam kondisi bagaimanapun.[16]
Hal yang mendasari analisi filosof terhadap bahasa adalah karena bahasa adalah obyek yang menarik untuk dianalisa, serta bahasa mempunyai beberapa kelemahan terkait peran dan fungsi bahasa yang sangat luas dan kompleks. Beberapa kelemahan bahasa adalah :
1.      Bahasa sebagai sistem simbol tidak dapat mengungkapkan seluruh realitas yang ada di dunia.
2.      Pengguna bahasa seringkali memiliki kecenderungan emosional dan tidak terarah. Seperti menyebut seseorang dengan sampah masyarakat.
3.      Ungkapan bahasa sering dimanipulasi untuk kepentingan kampanye dsb. Istilahnya adalah Eufimisme atau ungkapan yang diperhalus, seperti : kupu-kupu malam berarti wanita pelacur.
4.      Bahasa bermakna ambigu atau bermakna ganda.
5.      Konteks bahasa dengan arti yang beragam dapat memicu kesalahan penggunaan bahasa.
6.      Bahasa terkadang tidak memberikan respon seperti yang diharapkan penutur. Contok : seorang cowok yang menyapa gadis idamannya dengan sebuah ucapan yang dianggap sebagai ungkapan cinta, namun sang gadis meresponnya sebagai ungkapan yang biasa saja.
7.      Terdapat kata yang masuk kedala kategori Syntegrematic atau kata-kata yang tidak dapat dikatakan timbul oleh ide tertentu, contoh : jika.
8.      Banyak kata yang tidak mengacu pada obyek yang kongkret dan empirik, seperti : Syurga dan neraka.
Hubungan fungsional antara bahasa dan filsafat adalah :
1.      Filsafat adalah metode yang digunakan para filosof dalam memecahkan permasalahan bahasa. Seperti dalam menjawab apa itu hakekat bahasa ?
2.      Pandangan ahli filsafat akan mewarnai pandangan para ahli bahasa dalam mengembangankan teorinya.
3.      Filsafat berfungsi sebagai pengarah ahli bahasa dalam merelevansikan bahasa dengan realitas kehidupan umat manusia.
4.      Filsafat bahasa berfungsi sebagai pengembang ilmu bahasa atau linguistik dan ilmu sastra.


III.             KESIMPULAN

Filsafat bahasa adalah : Salah satu cabang ilmu filsafat dengan metode tertentu yang menyelidiki bahasa secara radikal atau mendalam, logis dan serius.
Bahasa sebagai obyek analisis filsafat dianalisis menggunakan metode : Metode historis atau metode sejarah, metode sistematis, metode kritis, metode analisis abstrak dan metode intuitif.
Bahasa adalah sistem lambang arbiter (bersifat sewenang-wenang) yang dipergunakan masyarakat sebagai alat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Dengan fungsi utama sebagai alat komunikasi.
Bahasa adalah simbol dan filsafat adalah alat untuk mencari jawaban atau makna seluruh simbol yang ada di alam semesta ini, sehingga seorang filosof akan senantiasa menjadikan bahasa sebagai sahabat akrabnya yang tidak akan terpisahkan oleh siapapun dan dalam kondisi bagaimanapun.


IV.             DAFTAR PUSTAKA


Alwasilah, Chaedar. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Effendy,  Onong Uchjan. 2000.  Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hidayat, Asep Ahmad. 2006.  Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Izzan, Ahmad. 2009. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung : Humaniora.
Kaelani. 1998. Filsafat Bahasa Masalah dan Perkembangannya. Paradigma : Yogyakarta.
Kridalaksana , Harimurti. 1982.  Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.
Lasiyo dan Yuwono. 1990.  Filsafat Umum. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mutahari,  Murthada. 1986.  Gerakan Islam Abad XX. Jakarta : Beunebi Cipta.
Nababan, P. W. J.  1991.  Sosiolinguistik suatu Pengantar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Poedjosoedarmo, Soepomo. 2003. Filsafat Bahasa. Surakarta : Muhamadiyah University Press.
Soemargono, Soejono. 1986.  Pengantar Filafat. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.
Soemarsono. 2004.  Buku Ajar Filsafat Bahasa. Jakarta : PT Grasido.
Tafsir, Ahmad. 1990.  Filsafat Umum. Bandung : PT Remaja Rosda karya.
Taringan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung : Angkasa
Verhaar. 1988.  Filsafat yang Mengelak. Dalam Mustansyir, Rizal. 1988.  Filsafat Bahasa. Jakarta : Prima Karya.



[1] Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2006), 5.

[2] Menurut catatan para sejarawan, orang yang pertama kali menggunakan istilah filsafat adalah Phytagoras dari Yunani yang lahir antara 582-496 SM. Pada waktu itu arti filsafat belum begitu jelas, kemudian diperjelas sehingga bermana seperti yang sekarang kita gunakan oleh kaum Sophist (ahli debat) dan juga Socrates (470-399 SM) yang merupakan guru dari Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM).
[3]  Murthada Mutahari, Gerakan Islam Abad XX, (Jakarta : Beunebi Cipta, 1986, cet. Ke-I),  110 – 111.

[4] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung : PT Remaja Rosda karya, 1990, cet. ke-I), 8.
[5]  Lasiyo dan Yuwono, Filsafat Umum,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990, cet. ke-I),8.
[6] Verhaar, Filsafat yang Mengelak, 8. Dalam Rizal Mustansyir, Filsafat Bahasa, (Jakarta : Prima Karya, 1988, cet ke-I), 46. 
[7]  Soemarsono, Buku Ajar Filsafat Bahasa, (Jakarta : PT Grasido, 2004), 23-49.
[8] Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2006), 5-20.
[9] Harimurti Kridalaksana , Kamus Linguistik, (Jakarta : Gramedia, 1982 , cet. ke-I), 17.
[10] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988, cet ke-I), 66-67.
[11]  Ahmad Izza, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2009, cet. ke-3), 2-4.
[12] Henry Guntur Taringan, Psikolinguistik, (Bandung : Angkasa, 1984, cet. ke-I), 19.
[13] Bahasa sebagai realitas terpisah dengan dunia luar yang diwakilinya, setelah muncul dan digunakan penuturnya, dan isinya bisa benar atau salah, sehingga dapat menimbulkan kesempatan untuk melakukan penipuan menggunakan bahasa yang ia gunakan.
[14] Onong Uchjan Effendy, Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000, cet. ke-13), 9.
[15] P. W. J. Nababan, Sosiolinguistik suatu Pengantar, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1991, cet ke-I), 38.
[16] Soejono Soemargono, Pengantar Filafat, (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. 1986, cet ke-I), 39. 

1 komentar: