TUGAS PENDIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu komponen
yang sangat urgen dalam sebuah kehidupan, karena tanpa adanya pendidikan
seseorang tidak mungkin akan mendapatkan pengetahuan, sehingga ia ibaratkan
seekor binatang, karena bayi yang
dilahirkan tidak langsung terlahir mengerti sesuatu atau menjadi ‘Alim.
Seorang pendidik adalah seorang
figur dalam dunia ilmu pengetahuan, yang mampu memberikan bimbingan dan
penjelasan tentang segala sesuatu, yang bertugas sebagai “warasatul anbiya’”, sehingga tidak mudah menjadi seorang pendidik,
ia mempunya tugas dan tanggung jawab yang amat berat, bukan mendidik itu
sekedar menyampaikan ilmu, ata ketika telah menjadi PNS berpikiran bagaimana
untuk dapat mngembalikan modal, namun seorang pendidik mempunyai tugas - tugas
yang lazim diampu karena pertanggung jawabannya akan ditagih kelak di yaumil
akhir.
Makalah ini kami sampaikan dengan
tujuan sebagai acuan kita sebagai seorang pendidik, minimal pendidik untuk
pribadi kita sendiri. Semoga apa yang kami sajika bermanfaat, jika ada
kekurangan kami harapkan kritik dan saran anda.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian dari pendidik ?
2.
Peran
apakah yang diampu oleh seorang pendidik ?
3.
Meliputi
apa sajakah tugas seorang pendidik ?
4.
Apakah
peran dari seorang pendidik?
TujuanPenulisan
1.
Dapat
diketahui pengertian dari pendidik.
2.
Mampu
memahami peranan dari seorang pendidik.
3.
Mengetahui
tugas dari seorang pendidik.
4.
Memahami
peran seorang pendidik.
BAB
II
- PENGERTIAN PENDIDIK
Pendidik dalam bahasa arab disebut : murobbi, mu’allim atau muaddib. مُرَبِّى-
رَبَّى-ِ (pemelihara jasman dan rohani oleh orang
tua pada proses membesarkan anak), مُعَـلِّمٌ (Aktifitas pada pemberian/pemindahan ilmu pengetahuan dari
orang yang tahu ke orang yang tidak tahu), مُؤَدِّبٌ ( Pendidik). Menurut terminologi :
-
Moh Fadhil al-djamil, Pendidik adalah orang yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehngga terangkat
derajatkemanusiaannya.
-
Marimba,
Pendidik adalah orang yang memikul pertanggung jawaban sebgai pendidik.[1]
-
Sutari
Imam Barnadib, Pendidik adalah orang yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk
mencapai kedeewasaan.[2]
-
Zakiyah
Daradjat, Pendidik adalah seorang individu yang memenuhi kebutuhan pengetahuan,
sikap dan tingkah laku peserta didik.
-
Ahmad
Tafsir, Pendidik adalah siapa saja yang bertanggug jawab terhadap perkembangan
peserta didik/murid.
Pendidik
adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaannya, sehingga mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Alloh SWT,
khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup
hidup mandiri. Istilah yang dipakai di Negara kita adalah : guru. Namun cakupan
guru hanya di lingkungan formal, sedangkan pendidik dipakai di lingkungan
formal, nonformal dan informal.[3]
Sedangkan guru diartikan sebagai : semua orang yang berwenang dan
bertanggungjawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual
maupun klasikal, disekolah dan diluar sekolah.[4]
Tujuan akhir pendidikan Islam adalah : terciptanya
insan kamil (manusia yang mempunyai wajah Qur’ani/Insan dengan dimensi
religius, budaya dan ilmiah).
Sedangkan jenis-jenis pendidik itu adalah ; Alloh SWT, Nabi Muhammad
SAW, Orang tua dan Guru. Alloh SWT disebut Pendidik berdasarkan “Segala puji
bagi Alloh SWT rabb seluruh alam” (Al-fatihah :1)[5],
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ (الفاتحة :1)
“Dan (Alloh SWT) ‘allama (mengabarkan
segala macam nama kepada Adam as”) (Al-Baqoroh : 31),
وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى
المَلَئِكَةَ فَقاَلَ أَنْبِؤُنىِ بِأَسْمَاءِ هَؤُلآءِ إِنْ كُنْـتُمْ صَادِقِيْنَ
(البقرة:31)
Tafsir :
-Wa ‘allama aadama asmaa-a
kullaha = Dan Alloh mengajarkan
Adam segala macam nama. Ayat ini menerangkan bahwasanya Alloh SWT telah
mengajarkan kepada Nabi Adam as segala macam nama sesuatu untuk mengenali pemilik
nama tersebut sebagai bukti kepada para malaikat bahwa ada hikmah dibalik
penciptaan Adam as sebagai khalifah di bumi, karena menurut malaikat manusia
hanyalah penyebab kerusakan di muka bumi, padahal Alloh SWT lebih mengetahui
segala sesuatu. Sedangkan ilmu yang
dimaksud dalam ayat ini adalah : memahami segala sesuatu yang diketahui.
- Tsumma ‘ara-dhahum ‘alal
malaa-ikati = Kemudian mengajukan mereka (yang punya nama) kepada malaikat.
Penafsiran ayat ini adalah : Setelah Alloh mengajari Adam seluruh nama segala
macam hal, kemudian Alloh mengilhami Adam dengan nama-nama segala yang ada,
kemudian Alloh menggambarkan bentuk segala makhluk dan memberinya nama. Yang
selanjutnya memperlihatkannya kepada para malaikat dengan Ilham Alloh. Hikmah
dari peristiwa ini adalah bahwa Alloh memuliakan Adam da mengutamakannya,
sehingga malaikat tidak membanggakandiri dengan ilmu dan ma’rifatnya, serta
menunjukkan pembendaharaan ilmu Alloh yang Maha Luas dengan perantara lisan
seorang hamba tag dikehendaki-Nya. Selain hal tersebut, diharapkan malaikat
mampu mengetahui bahwasanya Adam mempunyai kemampuan untk memegang ke
khalifahan di bumi dan karakter sebagai penumpah darah seperti yang
dikhawatirkan tidak akan menghilangkan
hikmah dari tindakan Alloh SWT.
- Fa qaala ambi-uunibi asmaa-I
haaulaa-I = Alloh berfirman : Terangkanlah kepada Ku nama-nama mereka itu.
Tafsir ayat ini adalah : Bahwa Alloh memerintahkan malaikat untuk menyebutkan
nama-nama benda yang belum mereka ketahui, sehingga dapat memberikan pengertian
tentang kelemahan mereka, karena mereka tidak mengetahuinya. Serta menunjukkan bahwa tanggung jawab menjadi
kholifah di bumi hendaknya mampu menata dan mengelola segala urusan untuk
menegakkan keadilan yang dilakukan dengan pengertian atas tingkat, adat, kebiasaan
dan mengetahui siapa yang ahli dalam menduduki jabatan itu.
- In kuntum shadiqiin = Jika
kamu sekalian benar. Penafsiran ayat ini adalah : mengharuskan bagi seseorang
yang menyanggah suatu pendapat, hendaknya mengajukan argument (hujjah) dan
penjelasan yng bisa memperkuat sanggahan, jika memang ia adalah seseorang yang
benar.[6]
-
Konsep norma : Tema norma ayat ini
adalah : tentang pengajarkan Alloh SWT
-
Kata kunci : عَلَّمَ
-
Penafsiran : Ayat ini menerangkan tentang cara pengajaran
Alloh terhadap makhluknya.
-
Analisis normative :
a- Awal
ayat menerangkan tentang pengajaran Alloh SWT terhadap Nabi Adam atas seluruh
nama segala hal.
b- Penjelasan
selanjutnya tentang Penunjukan Alloh ilmu Nabi Adam kepada para malaikat untuk
menunjukkan kekuasaan dan hikmah seluruh ciptaan Nya, penjelasan ini adalah
kelanjutan dari pengajaran Alloh kepada Nabi Adam as.
c- Ayat
ini mengajarkan kita untuk merenungkan hikmah segala sesuatu dan hendaknya kita
tidak membanggakan diri, karena kita hanyalah makhluk Nya.
d- Kalimat
‘Allama pada ayat ini menerangkan bahwasanya Alloh pun juga seorang pendidik,
karena Alloh telah mengajarkan kepada Adam nama segala hal.
Dan hadits Nabi “Tuhan ku telah mendidik ku sehingga
aku mempunyai pendidikan yang baik”. Nabi Muhammad SAW disebut pendidik karena
Nabi mendidik lewat penyampaian firman Alloh SWT dan hadits-hadits Nabi. [7]
Orang tua disebut sebagai pendidik dalam lingkungan
keluarga berdasarkan QS. Luqman : 12-19, “ Sebagai pendidik kudrati/yang
diciptakan dengan qudratnya menjadi pendidik”.[8]
Sedangkan guru adalah Pendidik di lembaga sekolah
serta sesosok figur dari seorang pemimpin, serta arsitektur
pembentuk jiwa dan watak anak didik. Pendidik berkuasa membentuk dan membangun
kepribadian dan intelektual peserta didik sebaik-baiknya, berdasarkan QS.
An-nisa’ ayat 58.
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوالآمَانَاتِ اِلىَ اَهْلِهَا وَاِذَاحَكَمْتُمْ بَيـْنَ النَّاسِ
اَنْ تَحْكُمُوْابِالعَدْلِ اِنَّ اللهَ نِعِمَّا
يَـعِظُكُمْ بِـهِ اِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًابَـصِيْرًا (النساء : 58)
Artinya : Sungguh, Alloh menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menermanya, dan apabila kamu
metapkanhukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkan dengan adil.
Sungguh Alloh sebaik-baik yang member pengajaran kepadamu . Sungguh Alloh maha
mendengar, Maha Melihat.[9]
B. PERAN PENDIDIK
Peran pendidik tidak akan pernah tergantikan oleh
tekhnologi (Radio, tape, internet atau komputer), karena unsur manusiawi dalam
pendidikan tidak dapat dilakukan oleh tekhnologi, yaitu : sikap, sitem nilai,
perasaan, motivasi, kebiasaan dan keteladanan. Selain hal tersebut pendidik
juga mempunyai tanggung jawab moral untuk digugu dan ditiru (sebagai pedoman
dan suri tauladan).[10]
Menurut an-nah wi : Guru hendaknya mencontoh
Rasulullah SAW dalam mengkaji dan mengembangkan ilmu Illahi, yang mana tugas tesebut
meliputi tugas pengajaran dan pensucian. Disebutkan dalam firman Nya :
مَا
كَان َلِبَـشَرٍ اَنْ يُؤْتِيَهُ اللهُ الكِتَابَ وَالحُكْمَ وَالنُّـبُوَّةَ ثُمَّ
يَقُوْلَ لِلنَّاسِ كُوْنـُوْاعِبَادًالِى مِنْ دُوْنِ اللهِ وَلَكِنْ كُوْنُوْارَبَّانِيِّنَ
بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ
الكِتَابَ وَ بِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ (ال عمران : 79)
Artinya
: Tidak seyogyanya bagi seorang manusia
yang telah diberi al-kitab oleh Alloh, hukum dan nubuwwah (kenabian), kemudian
mengatakan kepada manusia : Jadilah kamu hamba-hambaku, selain (menyembah)
Alloh,” Akan tetapi (Nabi itu berkata) : “Hendaklah kamu menjadi orang yang
teguh pendirian kepada agama dan tetap menaati Alloh, karena kamu telah mengajarkan
kitab itu dan kamu sendiri juga mempelajarinya.
Tafsir :
-
Maa kaana libasyarin ay yu’tiyahul
kitaaba wal hukma wan nubuwwata tsumma yaquulu lin naasi kuunuu ‘ibadal lii min
duu nillahi
= Tidak seyogyanya bagi seorang manusia yang telah diberi alkitab oleh Alloh, hukum
dan Nubuwwah (Kenabian), kemudian mengatakan kepada manusia : “Jadilah kamu
hamba-hambaku, selain Alloh”. Maksud dari ayat ini adalah : Seseorang yang
telah dianugerahi kitab oleh Alloh SWT,
rahasia-rahasia dan hikmah-hikmah agama serta kenabian, tidak seharusnya
menyeru manusia untuk menyembah dirinya (musyrik), namun seharusnya dia menyeru
manusia untuk mempelajari syari’at-syari’at islam.
-
Maksud syirik dalam pernyataan ayat
selain Aloh SWT adalah tidak mengesakan
Alloh SWT dalam ibadah, atau juga menuhankan yang lain. Adapun ibadah yag benar
adalah yang dijalankan dengan tulus ikhlas hanya kepaada Alloh SWT, tidak
dicemari oleh kepercyaan yang menempatkan sesuatu setara dengan Alloh SWT.
Selain hal tersebut, ayat ini menerangkan bahwasanya orang yang mengadaakan
perantara antara dia dengan Alloh SWT dalam beribadah, seperti dalam do’a, sama
artinya dengan menyembah perantara itu, bukan menyembah Alloh SWT. Adanya
perantara berlawanan dengan ikhlas kepada Alloh SWT, atau beribadah langsung
kepada Alloh SWT. Dengan hilangnya keikhlasan, hilang pula sebuah ibadah.
-
Walaakin kuunu rubbaniyyina bi maa
kuntum tu’allimuunal kitaaba wa bimaa kuntum tad rusuun = Akan tetapi (nabi itu berkata):
“Hendaklah kamu menjadi orang yang teguh berpegang kepada agama dan tetap menaati Alloh, karena kamu telah
mengajarkan Kitab itu dan kamu sendiri juga mempelajarinya.” Maksud dari ayat
ini adalah: Bahwa para rasullulahnya menunjukkan jalan yang benar bagi manusia
serta bertugas mengajarkan al-kitab dan mempelajarinya. Karena dengan memahami
dan mengamalkan isi al-kitab : seorang manusia akan menjad sesosok yang rabbani
(hidup menurut aturan Tuhan). Dan ilmu yang benar menurut ayat ini adalah ilmu yang mendorong manusia
untuk beramal sholeh.[11]
-
Penegaan Alloh dalam ayat ini adalah
: tidak wajar bagi seseorang yang dianugerahi kitab Alloh SWT dan pelajaran
tetang agama sehingga diangkat menjadi Nabi, mengajak umatnyamenyembah dirinya
sendiri dan syirik terhadap ALloh SWT. Karena Nabi adalaha seseorang yang
diberi ketamaan dan menyuruh manusia
agar bertaqwa kepada Alloh SWT serta mengajarkan Al-kitab dan mempelajarinya.
Seperti Firman Alloh SWT:
قُلِ اللهُ اعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِيْنىِ
(الزّمر : 329)
-
Artinya : Katakanlah : “Hanya Alloh
saja yang aku sembah dengan memurnikan kataatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agamaku.[12]
-
Konsep norma : Tema norma ayat ini
adalah : tentang pengajarkan kitab
-
Kata kunci : تُعَلِّمُوْنَ
الكِتَابَ
-
Penafsiran : Ayat ini menerangkan
tentang peran seseorang pendidik adalah mengajarkan kitab Alloh (Al-Qur’an)
serta syariat-syari’at yang terkandung di dalamnya, sehingga manusia menjadi
hamba yang Rabbani (menurut aturan Tuhan).
-
Analisis normative :
a-
Awal ayat menerangkan tentang
pemberian kitab, hukum dan nubuwwah/kenabian kepada seorang rasul/utusan.
b-
Penjelasan selanjutnya tentang
pengkajian dan pengembangan ilmu Ilahi yang merupakan kelanjutan dari pemberian
kitab,sebagai bentuk dari hikmah pemberian kitab.
c-
Rasul menyeru manusia ke jalan yang
lurus sesuai syari’at Islam.
d-
Kalimat tu’allimu/mengajarkan dapat
dijadikan sebagai Pedoman pendidikan bagi seorang pendidik, bahwa pendidikan
islam bertujuan untuk pembentukan hamba yang Rabbani/menurut aturan Tuhan,
mengEsakan Alloh dan tidak menyekutukan Nyaa dengan apapun.
Tugas pengajaran Rosulullah SAW,meliputi pengajaran
kitab dan hikmah kepada manusia untuk
mensucikan dan mengembangkan jiwa peserta didik, disini seorang pendidik
menyampaikan pengetahuaan dan pengalaman yang diterjemahkan kedalam tingkah
laku di kehidupan. Menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat penyebaran misi
iman, islam dan insan dalam kekuatan rohani pokok yg dikembangkan dalam
nilai-nilai agama dan moral serta mengenal Alloh SWT dalam artian luas serta
memahami risalah yang dibawa Rasululloh SAW. Adapun tugas pensucian meliputi :
pengembangan dan membersihkan jiwa peserta didik supaya dapat mendekatkan diri
kepada Alloh SAW, mejauhkan dari keburukannya dan menjaganya supaya tetap
berada dalam fitrahnya.
Tanggung jawab pendidik adalah :
-
Menurut
Abd al-Rahman al-Nahwi adalah mendidik individu untuk beriman kepada Alloh SWT dan melaksanakan syari’at
Nya, mendidik beramal sholeh, saling menasehati, menegakkan kebenaran dan
atabah dalam kesulitan.
-
Menurut
Ibnu Umar ra, berkata : rasulullah SAW bersabda, “Masing-masing kamu adalah
pengembala dan masing-masing bertanggung jawab atas gembalanya, sedangkan
pemimpin adalah pengembala, suami adalah pengembala terhadap anggota
keluarganya dan istri adalah pengembala
di tenggah-tengah rumah tangga suaminya dan terhadap anaknya, setiap
orang diantara kalian adalah pengembala, dan masing-masing bertanggung jawab
atas apa yang digembalakannya.” (HR. Bukhori dan Muslim)[13]
- TUGAS
PENDIDIK
Pendidik dalam islam bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dalam
mengembangkan potensinya dalam pencapaian tujuan dari aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik. Tugas seorang pendidik adalah mengembangkan profesionalitas diri
sesuai perkembagan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.Pendidik hendaknya mendidik
dan melatih peserta didik dan berkedudukan sebagai orag tua kedua dalam jangka
waktu tertentu.
Di indonesia pendidik dikenal dengan guru, yaitu
seseorang yang digugu dan ditiru atau dipercaya dan diikuti, karena guru
hendaknya memiliki seperangkat ilmu yang memadai yang disertiai wawasan dan
pandangan yang luas dalam kehidupan, selain hal tersebut juga berkepribadian
yang utuh dalam segala tindak tanduk karena dijadikan sebagai panutan dan suri
tauladan.[14]
Tugas guru adalah sebagai Warasatul anbiya’ : Misi
rahmatan lil ‘alamin untuk mengajak manusia mematuhi segala aturan agama supaya
selamat dunia dan akhirat. Firman Alloh berkaitan dengan hal ini adalah :
رَبّـَنَا
وَابْعَثْ فِـيْهِمْ رَسُـوْلًا مِـنْهُمْ يَتْلُوْاعَلَيْهِمْ اَيَااتِـكَ
وَيُـعَلِّمُهُـم
ُاالكِتـاَبَ وَالحِكْمَةَ وَيُزَكِّـهِمْ
إِنَّكَ أَنْتَ العَزِيْزُ الحَكِيْمُ (البقرة :129)
Artinya
: “Wahai Tuhan kami, Bangkitkanlah dari kalangan anak kami seorang rasul,
yang membacakan kepada mereka tentang ayat-ayat Mu, dan mengajari mereka
tentang kitab dan hikmah, serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Tuhan
yang Maha Perkasa lagi Maha bijaksana.
-
Rabbana
wab’atsfii him rasuulam minhum =Wahai Tuhan
kami, bangkitkan dari kalangan anak kami seorang rasul. Dalam ayat ini Nabi
Ibrahim dan Ismail memohon agar Alloh membangkitkan seorang Rasul dari keturuan
Ismail yang berserah diri kepada Alloh SWT, akhirnya permohonan ini terkabul dengan diutusnya Khatamul
Anbiya’ yaitu Nabi Muhammad SAW.Untuk seluruh umat manusia.
-
Yatluu
‘Alaihim aayatika = Yang membacakan
kepada mereka tentang ayat-ayat Mu. Maksud ayat ini adalah : Seorang rasul yang
menyeru manusia untuk mengimani ayat-ayat yang mengandung penjelasan tentang
tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah atas alam semesta ini, serta mengimani
ayat-ayat yang menjelaskan bahwasanya kelak manusia akan dibangkitkan kembali
untuk meerima pembalasan atas amal perbuatannya selama di dunia. Segala hal ini
merupakan pelajaran bagi semua orang yang diberi bimbingan dan petunjuk oleh
Alloh SWT menuju kebajikan dan kebahagiaan.
-
Wa
yu’allimuhumul kitaaba wal khikmata =
Dan mengajari mereka tentang Kitab dan hikmah. Ayat ini menerangkan bahwasanya
tuugas seorang rasul adalah mengajarkan manusia tentang a-qur’an serta
rahasia-rahasia didalamnya, da menjelaskan maksud syari’ah dengan tauladan
melalui budi dan pekertinya, baik dengan perkataan maupun perbuatan.
-
Wa
Yuzakkihm = Serta menyucikan mereka. Maksud ayat
tersebut adalah supaya seorang rasul mampu menyucikan jiwa-jiwa manusia dari
perilaku syirik manusia terhadap segala sesuatu, sehingga akan terbentuklah
aturan-aturan bagi masyarakat. Selain hal tersebut : Untuk membiasakan
melaksanakan amalan kebajikan yag akan menumbuhkan kemampuan (malakah)
sekaligus mendatangkan keridhaan illahi.
-
Innaka
antal ‘azzul hakim = Sesungguhnya
Engkulah Tuhan yang Maha Perkasa lag Maha Bijaksana. Maksud ayat ini adalah
Alloh SWT adalah dzat yang Maha Perkasa, Maha Kuat, tidak terkalahkan dan Maha
Bijaksana dalam segala hal terhadap seluruh hamba-hambanya dan Alloh tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hikmah dan kemaslahatan umat.
-
Nabi
Ibrahim pun menutup doa’a beliau dengan memuji Asma Alloh SAW serta menyebutkan
sifat-sifat Nya yang sesuai dengan isi do’a beliau. Yaitu : Al-
Aziz/MahaPerkasa, dan kehendak Nya tidak bisa ditolak oleh siapa pun,
Al-Hakim/Maha Bijaksana, Yang melaksaanakan sesuatu dengan kebijaksanaan,
sehingga tidak ada seorangpun yang membantah hukum Nya.[15]
-
Sifat-sifat
rasl yang diharapkan Nabi Ibrahim dan Ismail adalah :
1. Membacakan ayat-ayat Nya sebagai
petunjuk dan pelajaran bagi seluruh umat, yang mana ayat itu mengandung peng
Esaan alloh SWT, serta menyampaikan adanya hari pembalasa atas segala amal
perbuatan.
2. Rasul hendaknya mengajarkan kitab
(Al-Qur’an) dan hikmah (mengetahui rahasia-rahasia, faedah-faedah, hokum-hukum
syarat dan maksud serta tujuan pengutusan rasul demi penempuhan jalan yang
lurus.[16]
-
Konsep norma : Tema norma ayat ini
adalah : tentang Tugas seorang
Rasl/Utusan.
-
Kata kunci : وَابْعَثْ فِـيْهِمْ
رَسُـوْلًا
-
Penafsiran : Ayat ini menerangkan
tentang peran seseorang Rasul adalah Mengajak manusia mengikuti syariat agama dengan menyampaikan
maksud dari kitab Alloh (Al-Qur’an) dan mengajarkan hikmah serta pensucian diri
demi keselamatan hidup dunia dan akhirat.
-
Analisis normative :
a-
Awal ayat menerangkan tentang
Do’a Nabi Ibrahim dan Ismail yang
mengharapkan turunnya seorang rasul/utusan yang berserah diri kepda Alloh SWT.
b-
Penjelasan selanjutnya tentang perintah
untuk betauhid/mengesakan Alloh SWT serta balasan bagi setiap amal perbuatan
manusia, yang merupakan sifat-sifat dari seorang rasul yang diharapkan.
c-
Rasul telah menjadi suri tauladan
manusia dalam segala hal, baik ucapan dan perbuatan sehingga pantas menjadi
panutan dan teladan.
d-
Kalimat wab’ats fiihim Rasulan
menjelaskan tentang kriteria seorang rasul/utusan, sehingga seorang pendidik
yang menjadi warasatul Anbiya’ hendaknya dapat berlaku seperti halnya rasul,
seingga keduanya sama-sama menjad suri tauladan dalam ucapan dan perbuatan.
-
Tugas
utama pendidik adalah: menyempurnakan, membersihkan serta mensucikan hati
manusia untuk bertaqarrub kepada Alloh SWT.
Tugas Khusus pendidik adalah :
-
Sebagai
pengajar (instruksional) merencanakan program pengajaran. Pada tugas ini
seorang pendidik merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang
telah disusun yang diakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program usai
dilakukan.
-
Pendidik
(Edukator) mengarahkan ke tingkat kedewasaan menuju kepribadian insan kamil,
seiring dengan tujuan Alloh SWT menciptakannya.
-
Pemimpin
(Managerial) memimpin dan mengendalikan diri sendiri,peserta didik serta
masyarakat yang terkait, terhadap masalah yang menyangkut upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan partisipasi atas program pendidikan
yang dilakukan.[17]
Seorang pendidik akan mampu mengerjakan tugasnya
dengan baik jika ia mempunyai kompetensi keguruan. Karena kompetensi tersebut
dapat dijadikan tolak ukur bagi profesionalitas serta tanggung jawabnya.
Macam-macam kompetensi adalah :
-
Kompetensi
pendidik tentang kepribadian adalah :
1- Mengenal dan mengatur harkat dan potensi
setiap peserta didik atau murid.
2- Membina suasana interaksi belajar
mengajar.
3- Membina perasaan saling menghormati,
bertanggung jawab dn saling mempercayai.
-
Kompetensi
pendidik terhadap penguasaan atas bahan pengajaran:
1- Menguraikan materi pelajaran dalam
bentuk komponen-komponen dan informasi -informasi yang sebenarnya.
2- Menyusun komponen pelajaran untuk
memudahkan penerimaan pelajaran oleh peserta didik.
-
Kompetensi
dalam cara-cara mengajar :
1- Menyusun program pelajaran dalam satuan
waktu (semester).
2- Mengunakan media pendidikan (alat
peraga).
3- Mengembangkan kombinasi dan variasi
dalam metode pembelajaran.
-
Fungsi
Guru adalah :
a- Tugas pengajaran / sebagai pengajar
-
Tugas
tradisional adalah mengajar
-
Membina
perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan
b- Tugas bimbingan / sebagai pembimbing dan
pemberi bimbingan
-
Membimbing
/ sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan
c- Tugas administrasi
-
Pengelola
kelas (manajer) interaksi belajar-mengajar
-
Membantu
perkembangan murid sebagai individu dan kelompok
-
Memelihara
kondisi kerja dan belajar yang sebak-baiknya di kelas maupun di luar kelas
-
Membina
suasana keagamaan, kerja sama, rasa persatuan dan perasaan puas murid terhadap
penyampaian materi
d- Tugas mengajar
-
Memahami
kurikulum pengajaran
-
Menyusun
materi dari sumber dan buku penunjang
-
Menggunakan
media pendidikan / alat peraga materi
-
Prosedur
pengajaran dalam satuan waktu
-
Program
pengajaran sesuai jadwal yang telah ditentuka
-
Melakukan
evaluasi semua materi pengajaran
-
Bekerjasama
dengan guru-guru bidang study lain dalam pengentegrasian pengajaran
-
Melaksanakan
praktek diluar kelas
e- Tugas Bimbingan
a- Menentukan murid-murid yang akan diberi
bimbingan
-
Mengumpulkan
data
-
Mengelompokkan
murid berdasarkan permasalahan
-
Meneliti
murid yang perlu bimbingan khusus
-
Memperkirakan
kesuitan dan permasalahan murid
-
Pengorganisasian
penyelenggaraan bimbingan
b- Melakukan pemilihan tekhnik-tekhnik
bimbingan dan penyuluhan
-
Tekhnik
yang sesuai - Tekhnik dilaksanakan
-
Tekhnik
paling tepat - Tekhnik
dengan prosedur mudah
-
Tekhnik
dengan hasil terbaik
f- Tugas Penyuluhan
-
Peserta
didik atau murid yang tersolasi/mengisolir diri
-
Peserta
didik atau murid dengan harga diri rendah
-
Peserta
didik atau murid dengan kesukaran bergaul
-
Peserta
didik atau murid tanpa motif belajar
-
Peserta
didik atau murid tanpa konsentrasi belajar
-
Peserta
didik atau murid tanpa minat pengajaran agama
-
Peserta
didik atau murid dengan masalah sikap keagamaan
g- Tugas Administrasi
a- Peran kepemimpinan
-
Sebagai pemimpin yang berkuasa menentukan
kebijaksanaan untuk kemaslahatan.
-
Sebagai
pemimpin yang menjalankan sesuatu sesuai consensus bersama berdasarkan diskusi,
ekspermen, serta secara demokratis.
-
Sebagai
pemimpin yang menjadi tauladan sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama
b- Pengelolaan interaksi belajar-mengajar
-
Tahap-tahap
kegiatan ;
1- Perencanaan (Planing)
2- Pengorganisasian (Organizing)
3- Pengarahan (Direecting)
4- Pengkoordinasian (Coordinating)
5- Pengawasan (Contoling)[18]
- PRINSIP
KEGURUAN
1- Keguruan dan kesediaan untuk mengajar
seperti memerhatikan kesediaan, kemampuan, pertumbuhan dan perbedaan peserta
didik
2- Membangkitkan gairah peserta didik
3- Menumbuhkan bakat dan sikap peserta
didik yang baik
4- Mengatur proses belajar mengajar yang
baik
5- Memperhatikan perubahan-perubahan yang
mempengaruhi proses mengajar
6- Adanya hubungan manusiawi dalam proses
belajar-mengajar
Karakteristik
tugas peserta didik dalam pendidikan islam :
a- Ustadz : Berkomitmen dengan
prfesionalitas yang melekat pada dirinya dalam sikap dan edukatif serta
komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja dan sikap continous improvement
b- Mu’alim : Yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkan serta mnjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi
teoritis dan praktisnya sekaligus melakukan transfer ilmu penginternalisasi
serta impementasi (amaliah)
c- Murobbi : Yang menyapkan peesrta didik
untuk berinteraksi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk
tidak menimbulkan malapetaka bagidirinya, masyarakat dan alam semesta
d- Mursyid : mampu menjadi sentral
identifikasi diri / pusat anutan, teladan dan konsultan buat peserta didik
e- Mudarris : Kepekaan intelektual dan
informasi daam memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan
dan berusaha mencerdaskan pserta didik dalam melatih peserta didik sesuai minat
dan bakat
f- Muaddib : Yang mampu menyiapkan peserta
didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di
masa depan
KESIMPULAN
1- Pendidik adalah : orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, sehingga mampu
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Alloh SWT, khalifah di muka bumi, sebagai
makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup hidup mandiri.
2- Peran Pendidik adalah : Seorang pendidik
menyampaikan pengetahuaan dan pengalaman yang diterjemahkan kedalam tingkah
laku dalam kehidupan. Menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat penyebaran misi
iman, islam dan insan dalam kekuatan rohani pokok yg dikembangkan dalam
nilai-nilai agama dan moral serta mengenal Alloh SWT dalam artian luas serta
memahami risalah yang dibawa Rasululloh SAW.
3- Tugas pendidik adalah : sebagai
Warasatul anbiya’ : Misi rahmatan lil ‘alamin untuk mengajak manusia mematuhi
segala aturan agama supaya selamat dunia dan akhirat.
4- Prinsip Keguruan adalah :
-
mengajar
seperti memerhatikan kesediaan, kemampuan, pertumbuhan dan perbedaan peserta
didik
-
Membangkitkan
gairah peserta didik
-
bakat dan sikap peserta didik yang baik
-
Mengatur
proses belajar mengajar yang baik
-
Memperhatikan
perubahan-perubahan yang mempengaruhi proses mengajar
-
Adanya
hubungan manusiawi dalam proses belajar-mengajar
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qr’an
dan Terjemahanya, (Kudus, Menara Kudus,2006)
Al-Razi
dalam Dahlan, Muhammad, Landasan dan
Tujuan Pendidikan menurut Al-Qur’an serta Implementasinya, (Bandung : CV.
Diponegoro, 1991)
Bahri
DJamarah, Syaiful, Guru dan Anak Didik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000)
Darajat,
Zakiyah, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta : Bumi
Aksara,1995)
Fadhil
al-Jamali, Muhammad, Tarbiyah al-Insan al-Jadid, ( Al-Tunisiyah :
Al-syarikah,tt)
Imam
Barnadib, Sutari, Pengantar Ilmu pendidikan Sistematis, (Yogyakarta :
Andi Ofset, 1993) Uhbiyati, Nur, Ilmu
Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1997)
Muhammad Hasbi
ash-Shiddieqy, Teungku, Tafsir Al-Qur’anl MAjid An-Nur, (Semarang : PT.
Pustaka Rizki Putra, 1987)
Mujib, Abdul dan
Mudzakkir, Jusuf, Ilmu pendidikan islam, (Jakarta : Fajar Interpratama
offset, 2008)
Ramayulis,
Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta : Kalam Mulia,2006)
Roestiyah
NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta : Bina Aksara, 1982)
Sa’I al-khin, Mustafa, dkk,
Madzhab al-Muttaqin Syah Riadh al-Shaihin, (Beirut : Muassah al-Risalah,
1977)
Sonhadji,
Dahlan, Zainal dan Prawiro, Chamim , Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta :
PT. Dana Bhakti Wakaf, tt)
[2] Sutari Imam Barnadib,
Pengantar Ilmu pendidikan Sistematis, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1993),
h. 61
[3] Nur Uhbiyati, Ilmu
Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 71
[4] Syaiful Bahri
DJamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h. 32
[6] Teungku
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy,Tafsir Al-Qur’anl MAjid An-Nur, (Semarang :
PT. Pustaka Rizki Putra, 1987), h. 75-79
[7] Al-Razi dalam
Muhammad Dahlan, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al-Qur’an serta
Implementasinya, (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), h. 43
[9] Al-Qur’an dan
Terjemahannya, ………. h, 87
[11] Tafsir Al-Qur’anul
Majid An-Nuur, ………., h. 623-625
[12] Sonhadji, Zainal
Dahlan dan Chamim Prawiro, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta : PT. Dana
Bhakti Wakaf, tt),h. 616-618
[13] Musthafa Sa’I
al-khin,dkk, Madzhab al-Muttaqin Syah Riadh al-Shaihin, (Beirut :
Muassah al-Risalah, 1977), h. 298
[14] Abdul Mujib dan Jusuf
Mudzakkir,Ilmu pendidikan islam, (Jakarta : Fajar Interpratama offset,
2008), h. 90-92
[16] Al-Qur’an dan Tafsirnya, ………….., h. 232-235
[17] Roestiyah NK, Masalah-masalah
Ilmu Keguruan, (Jakarta : Bina Aksara, 1982), h. 86
[18] Zakiah Darajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta
: Bumi Aksara,1995), h, 262-288
Tidak ada komentar:
Posting Komentar