PENTINGNYA PELAJARAN MAHFUDZOT
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa
Arab sebagai suatu bahasa yang kompleks, mencakup beberapa ilmu terapan yang
digunakan sebagai perantara pencapaian kebenaran yang mutlak secara lisan dalam
pengucapan dan tulisan bahasa arab. Adapun ilmu-ilmu terapan bahasa arab yang
diajarkan di MA Al-Iman adalah : Qowa’id (Ilmu Shorof dan Ilmu Nahwu), Balaghoh
(Ma’ani, Bayan dan Badi’), Mahfudzod (Kata Mutiara), Syi’ir (Puisi), Insya’,
Khutbah-khutbah, Sejarah Sastra Arab dan Nadhom (Bait-bait berbahasa arab).[1]
Penjelasan
tersebut memaparkan secara singkat mengenai berbagai macam terapan ilmu bahasa
arab dan cara pengkajiannya, karena untuk menjadi seseorang dengan kemampan
berbahasa arab yang mumpuni haruslah mampu menguasai seluruh terapan ilmu
tersebut dengan sempurna, dan hal tersebutlah yang menjadi dasar metode pengajaran
di MA Al-Iman Babadan Ponorogo.
Bahasa
arab juga mempunyai beberapa aspek kemahiran yang saling berkaitan dalam
pencapaian kemahiran berbahasa arab. Adapun aspek-aspek tersebut meliputi :
kemahiran menyimak atau mendengarkan, kemahiran berbicara, kemahiran membaca
dan kemahiran menulis. Yang mana semua aspek ini sangat berkaitan erat dengan
ilmu-ilmu terapan bahasa arab.
Teori
tentang tata cara pembelajaran bahasa arab adalah : teori wihdah dan teori
furu’. Pengertian dari teori wihdah adalah : Teori yang menganggap bahwasanya
bahasa arab adalah suatu kesatuan yang terikat dan tidak dapat dipecah-pecah yang
dilakukan dengan memberikan semua materi cakupan bahasa arab dalam satu
pelajaran dan biasa diberlakukan disekolah-sekolah karena minimnya jam tatap muka bahasa arab disetiap minggunya karena
bahasa arab hanya sebagai pelajaran muatan lokal. Sedangkan teori furu’ adalah
: Teori yang menganggap bahwasanya bahasa arab terbagi dalam beberapa cabang
ilmu dengan masing-masing kurikulum disetiap cabangnya, seperti : Rumpun pelajaran
bahasa arab adalah : Muthola’ah, insya’, mahfudzod, nahwu, shorof, tafsir,
hadits, balaghoh dsb. Sehingga pembelajaran dilakukan dengan terpisah-pisah.
Seperti yang diajarkan di MA Al-Iman, karena mengikuti pola pembelajaran KMI
Darussalam Gontor.
Pembahasan
dalam penelitian ini hanya akan berkisar pada salah satu cabang ilmu bahasa
arab, yaitu : mahfudzod, yang diajarkan di kelas X MA Al-Iman. Dimana mahfudzod
adalah : salah satu rumpun mata pelajaran bahasa arab yang mengajarkan tentang
hikmah-hikmah dan peribahasa berbahasa arab, dengan tujuan untuk menancapkan
falsafah-falsafah hidup yang penting untuk masa depan para siswi-i.
Salah satu
peribahasa itu adalah :
Artinya : “
Suatu hal yang baik namun tanpa disiplin akan dapat
dikalahkan oleh suatu hal
yang buruk namun dengan
disiplin”.
Kata
mutiara diatas menjadi latar belakang penelitian ini, karena pelajaran
mahfudzot yang berisi tentang kata-kata mutiara, tidak hanya sekedar pelajaran
menghafalkan bait-bait kata mutiara, namun untuk menancapkan falsafah-falsafah
hidup pada diri setiap siswa-i MA Al-Iman. Sehingga diharapkan setiap siswa-i
akan mempunyai pegangan dalam hidupnya, dan dapat hidup disiplin serta
mempunyai sifat-sifat yang positif sebagai keluhuran budi pekerti para siswa-i.
Bait-bait
mahfudzod tidak sebatas dihafalkan para siswa-i MA Al-Iman, namun ada yang
sengaja dituliskan ditempat-tempat yang strategis untuk dapat menjadi motivasi,
dan senantiasa mengingatkan para siswa-i ketika membacanya, aplikasinya pun
akan lebih nyata, ketika siswa-i sedang dihadapkan pada suatu permasalahan, maka
sering kali kata mutiara itu menjadi inspirasi dan menjadi jawaban dari
permasalahan para siswa-i. Dan pengaruh dari bait-bait tersebut dapat
mempengaruhi sikap siswa-i dalam berbagai hal, termasuk mempengaruhi sikap
disiplin mereka, karena sikap dan disiplin diri dapat dipengaruhi oleh berbagai
hal.
Namun
jika kita menyampaikan bahwa pelajaran mahfudzod mempunyai hubungan dengan
dasar hidup mandiri setiap siswa-i MA Al-Iman, akan ada yang membenarkan dan
ada yang menyalahkan. Hal tersebut disimpulkan dari sikap para siswa-i MA
Al-Iman setelah mempelajari mahfudzod, ada siswa-i yang dapat mengaplikasikan
bait-bait tersebut dalam kehidupannya, namun ada pula yang belum dapat
mengaplikasikannya bahkan tidak berpengaruh sama sekali terhadap sikap dan
sifat siswa-i tersebut karena beberapa faktor. Dan pengertian dari sikap adalah suatu hal yang menentukan suatu
sifat yang hakiki, baik dari perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan
datang.[2]
Makna
disiplin Jika kita tinjau sebagai suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan atau ketertiban.[3] Maka
permasalahan akan muncul ketika siswa-i belum dapat mengaplikasikan hal-hal
tersebut dalam kehidupan sehari-hari setelah mendapatkan pelajaran mahfudzod.
Dari penjabaran diatas
ditemukan berbagai permasalahan yang berkenaan dengan cara penanaman falsafah
hidup, keyakinan dan dasar hidup positif dalam rangka penanaman keluhuran budi
pekerti siswa-i MA Al-Iman, berkaitan dengan peraturan, hukuman dan penghargan
sebagai bagian dari sikap disiplin. Dan hal tersebut mempunyai kaitan erat
dengan pelajaran mahfudzod, sebagai pelajaran yang mengajarkan berbagai macam
bait-bait dan kata mutiara yang berkenaan dengan falsafah hidup dan penanaman sikap
terpuji pada diri setiap siswa-i. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perkembangan sikap siswa-i setelah mendapatkan pelajaran mahfudzod,
untuk mengetahui pengaruh dari pelajaran tersebut terhadap sikap siswa-i kelas
X MA Al-Iman.
Berangkat dari hal diatas, maka peneliti mengambil judul : “HUBUNGAN ANTARA PELAJARAN MAHFUDZOD DENGAN SIKAP DISIPLIN DIRI PADA SISWA-I KELAS X MA AL-IMAN BABADAN PONOROGO”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Pelajaran Mahfudzot
adalah salah satu rumpun
mata pelajaran bahasa arab
yang mengajarkan hikmah-hikmah dan peribahasa
dengan berbahasa arab. Tujuan pelajaran Mahfudzod adalah untuk menancapkan falsafah-falsafah hidup yang penting untuk masa
depan para siswa-i. Sehingga pelajaran ini diwajibkan untuk
dihafalkan para siswa-i, mengingat diperlukannya falsafah hidup sebagai bekal
kehidupan para siswa-i dimasa mendatang.
Dengan pembelajaran mahfudzod,
diharapkan akan tertanam falsafah hidup pada diri siswa-i sehingga akan
tercermin pribadi yang luhur. Dan akan tercipta sikap disiplin para siswa-i
melalui pemahaman terhadap bait-bait mahfudzod. Namun kenyataan yang terjadi
tidak selalu seperti yang diharapkan, masih ada para siswa-i yang belum dapat
mengetahui tujuan utama menghafalkan bait-bait mahfudzot tersebut. Serta masih
ada siswa-i yang belum dapat mencerminkan sikap berdasarkan bait-bait mahfudzod
yang telah dipelajari, sehingga seakan-akan pelajaran mahfudzod hanya menjadi
sebuah pelajaran yang wajib dihafalkan saja.
Pembelajaran mahfudzod yang
berisikan bait-bait kata mutiara sangat mendidik para siswa-i kelas X MA
Al-Iman, pembelajaran yang ingin ditancapkan meliputi : Kedisiplinan, sikap
lemah lembut, taat dan patuh pada peraturan, sikap terpuji dan kepribadian yang
luhur. Sehingga para siswa-i akan mematuhi seluruh tata tertib yang ada dengan
penuh kesadaran dan tidak melanggar peraturan. Dan jika semua aspek
pembelajaran mahfudzot benar-benar terpenuhi, maka akan terlahir para siswa-i
yang dapat diandalkan sebagai calon generasi penerus dengan falsafah hidup yang
kuat dan pribadi luhur.
C.
BATASAN MASALAH
Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Tempat : MA Al-Iman Babadan, Ponorogo, Jawa Timur.
2. Variabel :
- Dependend (X) = Pelajaran Mahfudzod.
- Independend (Y) = Dasar Sikap Disiplin Diri.
3.
Indikator :
- Pelajaran
Mahfudzod :
a. Menanamkan falsafah hidup pada setiap siswa-i.
b. Menanamkan Prinsip hidup pada diri setiap siswa-i.
c. Menanamkan dasar hidup yang positif pada diri
siswa-i.
d. Memberikan kekuatan mental pada setiap siswa-i.
e. Menanamkan sifat keluhuran budi pada diri
setiap siswa-i.
- Dasar Sikap Disiplin Diri :
a.
Peraturan sebagai pedoman perilaku.
b.
Konsisten dalam peraturan.
c.
Hukuman untuk pelanggaran peraturan.
d. Penghargaan
untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.
D.
RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari Latar
Belakang Masalah diatas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Kuantitatif ini
adalah sebagai berikut :
1.
Adakah hubungan antara pelajaran
mahfudzod dengan dasar sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman ?
2.
Bagaimanakah cara menanamkan
falsafah hidup pada diri setiap siswa-i MA AL-Iman?
3.
Adakah pengaruh dari peraturan,
hukuman dan penghargaan terhadap sikap disiplin diri siswa-i MA AL-Iman?
4.
Seberapa baikkah sikap disiplin diri
siswa-i MA Al-Iman yang mendapat pelajaran mahfudzod ?
Metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah diatas adalah
Metode Penelitian Kuantitatif.[4]
Adapun penelitian kuantitatif dilaksanakan dengan cara yang sistematis,
terkontrol, empirik dan kritis mengenai hipotesa hubungan yang diasumsikan
diantara fenomena alam. Dan kebenaran dapat ditemukan dengan menyingkirkan
“campur tangan” manusia, sehingga peneliti harus mengambil jarak dengan obyek
yang diteliti.[5]
E.
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan utama penelitian ini adalah
untuk menemukan sikap disiplin diri pada siswa-i MA Al-Iman Babadan Ponorogo
khususnya kelas X, berangkat dari rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian kuantitatif ini adalah :
1. Pemahaman tentang hubungan pelajaran mahfudzod dengan dasar sikap
disiplin diri siswa-i MA Al-Iman.
2. Pengetahuan tentang cara penanaman falsafah hidup pada diri setiap
siswa-i MA Al-Iman.
3. Pemahaman tentang pengaruh peraturan, hukuman dan penghargaan
terhadap sikap disiplin diri siswa-i MA AL-Iman.
4. Pengetahuan tentang kwalitas sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman
yang mendapat pelajaran mahfudzod.
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN
1.
Secara Teoritis
Dari
penelitian in, diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dan
pengetahuan yang berkaitan dengan penanaman sikap disiplin diri pada siswa-i
Kelas X MA Al-Iman Babadan, Ponorogo, Jawa Timur.
2.
Secara Praktis
a.
Bagi
Peserta Didik
1.
Meningkatkan
pemahaman siswa-i terhadap materi pelajaran Mahfudzod.
2.
Meningkatkan
hasil belajar siswa-i setelah proses pembelajaran.
3.
Meningkatkan
keaktifan belajar siswa-i terhadap materi pelajaran mahfudzod.
4.
Menanamkan
sikap disiplin diri pada diri siswa-i .
5.
Menanamkan
falsafah hidup yang luhur pada diri siswa-i.
6.
Menanamkan dasar hidup yang positif pada diri siswa-i.
7. Memberikan kekuatan mental pada setiap siswa-i.
8.
Patuh terhadap Peraturan
sebagai pedoman perilaku.
9. Konsisten dalam peraturan.
b. Bagi Pendidik
1. Dapat menambah wawasan guru tentang metode pembelajaran
dalam kegiatan pembelajaran.
2. Dapat merencanakan proses pembelajaran yang lebih aktif,
efektif dan efisien.
3. Dapat mengetahui permasalahan yang muncul dalam proses
pembelajaran secara langsung serta untuk mencari solusi dalam memecahkan
masalah.
4. Memperoleh informasi kemajuan dan keberhasilan peserta
didik dalam belajarnya.
5. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar, membimbing, dan
mendorong siswa-i untuk lebih aktif dalam menjalankan pembelajaran.
6. Dapat membuat bahan untuk evaluasi hasil pembelajaran
sesuai dengan kemampuan dan penyerapan pemahaman para siswa-i.
II.
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. DESKRIPSI
TEORI
1.
Pelajaran
Mahfudzod
Pelajaran Mahfudzot adalah salah
satu rumpun mata pelajaran bahasa arab, yang mengajarkan tentang hikmah-hikmah
dan peribahasa berbahasa arab. Dengan tujuan untuk menancapkan
falsafah-falsafah hidup yang penting untuk masa depan para siswi. Sehingga
pelajaran ini diwajibkan untuk dihafalkan para siswi, mengingat diperlukannya
falsafah hidup sebagai bekal kehidupan para siswi dimasa mendatang. Adapun
indikator dari pelajaran mahfudzod sendiri adalah :
a.
Menanamkan
falsafah hidup pada setiap siswa-i
b.
Menanamkan
keyakinan dalam hidup (Prinsip hidup) pada diri setiap siswa-i
c.
Menanamkan
dasar hidup yang positif pada diri siswa-i
d.
Memberikan
kekuatan mental pada setiap siswa-i
e.
Menanamkan
sifat keluhuran budi pada diri setiap siswa-i
2.
Sikap Disiplin Diri
Pengertian dari sikap menurut
herbert spencer adalah berasal dari istilah dalam bahasa inggris “attitude”
yang menunjukkan suatu status mental seseorang. Dan menurut Lange sikap adalah
suatu konsep yang digunakan oleh ahli psikologi dalam menentukan alasan perbedaan
setiap individu. Sedangkan menurut ahli sosiologi sikap menjadi sesuatu yang
sangat berpengaruh terhadap perubahan sosial dan kebudayaan.
Adapun definisi dari sikap adalah
suatu hal yang menentukan sifat yang hakiki, baik dari perbuatan sekarang
maupun perbuatan yang akan datang. Aspek setiap sikap adalah :
1.
Aspek
kognitif : sikap yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran, yang berwujud
pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang
suatu obyek tertentu.
2.
Aspek
Afektif : sikap yang berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan
tertentu, seperti : ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dsb.
3.
Aspek
Konatif : sikap yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan berbuat suatu
obyek, seperti : kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dari
sesuatu dsb.
Sedangkan definisi sikap menurut
beberapa ahli adalah :
1.
L.L. Thursone : Sikap adalah : tingkatan
kecenderungan yang bersifat positif atau negatif/suka atau tidak suka yang
berhubungan dengan obyek psikologi, yaitu : simbol, kata-kata, slogan, orang,
lembaga, ide dsb.
2.
Zimbardo
dan Ebbesen : Sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh)
terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen cognitive,
affective dan behaviour.
3.
D. Krech
and RS. Crutcfield : Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi,
emosi, persepsi atau pengalaman atas suatu aspek dari kehidupan individu.
4.
John
H. Harvey dan william P. Smith : Sikap adalah kesiapan merespon secara
konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
5.
Gerungan
: Sikap adalah attitude yang dapat berupa sikap, pandangan, sikap perasaan yang
disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tadi.
Sebuah sikap timbul karena adanya
stimulus, dan terbentuknya sikap banyak dipengaruhi oleh rangsangan dari
lingkungan sosial dan kebudayaan, seperti : keluarga, norma, golongan agama dan
adat istiadat. Dan dari sekian rangsangan, keluarga sebagai kelompok primer
yang yang memberikan pengaruh paling dominan. Dan sikap seseorang tidaklah
tetap, ia akan berubah jika mendapatkan pengaruh dari dalam ataupun dari luar.
Faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan sikap adalah :
1.
Faktor
intern : Adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri, baik
berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah
pengaruh-pengaruh yang dtang dari luar.
2.
Faktor
ekstern : Adalah faktor yang terdapat diluar pribadi manusia yang berupa
interaksi sosial diluar kelompok. Contoh : Interaksi antara manusia melalui alat-alat komunikasi seperti : surat
kabar, radio, televisi, majalah dsb.
Ciri-ciri sikap adalah :
1.
Sikap
itu dipelajari (Learnability)
Sikap sebagai hasil belajar berbeda
dengan motif-motif psikologi lainnya, meskipun beberapa sikap dipelajari tanpa
sengaja. Karena jika manuasia menyadari bahwa suatu sikap akan membawa kepada
yang lebih baik (untuk dirinya sendiri) membantu kelompok atau memperoleh
seseatu nilai yang sifatnya perseorangan, pastilah seseorang tersebut akan
mempelajari sikap dengan sengaja.
2.
Memiliki
kestabilan (Stability)
Sikap bermula dari suatu pelajaran
yang menjadi lebih kuat dan stabil karena adanya pengalaman. Contoh : perasaan
suka atau tidak suka terhadap suatu warna karena adanya frekuensi yang tinggi
dalam pengulangan melihatnya.
3.
Personal-Sosietal
significance
Sikap melibatkan hubungan antara
seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Contoh
: Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat
kepadanya, hal ini akan sangat berarti untuk diri seseorang dalam merasakan
kebebasan atau favorable.
4.
Berisi
cognisi dan affeksi
Komponen kognisi pada sikap adalah
berisi informasi yang faktual, mislanya : obyek itu dirasakan menyenangkan atau
tidak menyenangkan.
5. Approach-Avoidance
directionality
Bila seseorang mempunyai sikap
favorable terhadap suatu obyek, maka ia akan mendekati dan membantunya, namun
jika sikapnya adalah unfovarable maka ia akan cenderung menghindari.
Fungsi sikap adalah :
1.
Sikap
berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, karena sikap mudah menjalar dan
menjadi milik bersama.
2.
Sikap
berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku.
3.
Sikap
berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman, supaya tidak terjadi
kekacauan.
4.
Sikap
berfungsi sebagai pernyataan kepribadian, yang mencerminkan pribadi seseorang.[6]
Menurut bahasa, Disiplin berasal
dari kata : “Disciple”, yaitu : seseorang yang belajar secara sukarela untuk
mengikuti seorang pemimpin. Dan orang tua serta guru merupakan pemimpin bagi
seorang anak untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Sehingga
disiplin dapat diartikan sebagai : cara yang digunakan masyarakat dalam
mengajari seorang anak tentang perilaku moral yang disetujui suatu
kelompok. Sedangkan maksud dari disiplin
dalam konsep populer adalah : hukuman, sehingga menurut konsep ini disiplin
hanya berlaku jika seorng anak melanggar peraturan dan perintah dari orang tua,
guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan dirumah tangga ataupun
masyarakat.
Pendapat lain menyatakan : Disiplin diri adalah sikap patuh kepada waktu dan peraturan yang ada.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa disiplin itu mengandung dua makna yaitu
patuh terhadap waktu dan patuh terhadap peraturan atau tata tertib. Patuh pada
waktu, sering kita dengar pada kata disiplin waktu. Disiplin memiliki arti
demikian ketika kita dihadapkan pada suatu waktu dalam melakukan sesuatu,
sehingga kita memiliki sebuah tanggungjawab kepada waktu. Contoh nyatanya
adalah : sebagai pelajar kita tentu mengetahui jam masuk sekolah,
sehingga kita sebisa mungkin untuk datang ke sekolah lebih awal agar tidak
terlambat. Dari contoh tersebut kita dapat mengetahui jika seorang
pelajar yang disiplin itu memiliki tanggung jawap pada waktu, yang berupa jam
masuk sekolah. Patuh pada tata tertib atau peraturan, contohnya : Di sekolah
sebagai pelajar tentunya kita telah mengetahui tata tertib sekolah. Di
lingkungan masyarakat kita juga telah mengenal adanya norma. Di dalam keluarga
juga dapat di temui sebuah aturan meskipun tidak tertulis. Disiplin memiliki
arti demikian ketika dihadapkan kepada peraturan peraturan atau tata tertib
disaat kita ingin melakukan sesuatu. Setiap peraturan itu bersifat
mengikat artinya siapapun yang berada pada lingkungan yang memiliki suatu
peraturan tersebut, secara tidak langsung orang tersebut memiliki tanggung
jawab pada peraturan tersebut. Ketika orang tersebut mematuhi peraturan
tersebut maka ia telah bersikap disiplin dan ketika berbuat sebaliknya dia
telah berbuat tidak disiplin dan akan dikenai sanksi sesuai aturan yang
berlaku.[7]
Menurut Nursisto Johar Permana, Disiplin adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan
dan atau ketertiban.
Sedangkan tujuan dari disiplin adalah : untuk membentuk
perilaku yang sesuai dengan peran-peran yang diterapkan kelompok budaya
dan tempat individu untuk diidentifikasikan.
Sehingga tujuan akhirnya dapat mengajar anak berperilaku dengan cara yang
sesuai denga standar suatu kelompok sosial, tempat mereka diidentifikasi.
Tujuan disiplin di sekolah menurut Maman Rachman
adalah :
1. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2. Mendorong siswa melakukan hal yang baik dan benar.
3. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya
dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.
4. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat
baginya serta lingkungannya.
Kebutuhan-kebutuhan
anak berkaitan dengan disiplin adalah :
1. Disiplin memberikan rasa aman, karena anak mengetahui perbuatan apa yang
boleh dilakukann dan apa yang dilaranng.
2. Disiplin membantu seorang anak terhindar dari rasa bersalah dan malu akibat
dari perilaku yang salah, karena anak hidup menurut standar yang disetujui
kelompk sosial serta telah mendapatkan persetujuan sosial.
3. Disiplin membuat anak belajar bersikap menurut sebuah cara yang dapat
mendatangkan pujian yang akan ditafsiri anak sebagai tanda kasih sayang dan
penerimaan terhadapnya, dan dapat mendatangkan kebahagiaan bagi seorang anak.
4. Disiplin sesuai perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego anak
untuk mencapai sesuatu yang diharapkan.
5. Disiplin membantu seorang anak mengembangkan hati nurani dari suara dalam
dirinya sebagai pngembangan dalam pengembalian keputusan dan pengendalian
perilaku.
Unsur-unsur
pokok dari disiplin diri adalah :
a. Peraturan sebagai pedoman perilaku.
b. Konsisten dalam peraturan.
c. Hukuman untuk pelanggaran peraturan.
d. Penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan
peraturan yang berlaku.
Peraturan adalah sebuah pola
yang ditetapkan untuk tingkah laku, dan pola tersebut mungkin ditetapkan oleh
orang tua, guru atau teman bermain. Tujuan dari peraturan adalah : untuk
membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.
Contoh : Peraturan sekolah menjelaskan hal-hal yang boleh dilakukan dan
dilarang selama berada didalam kelas, lapangan sekolah dan lingkungan sekolah.
Fungsi dari peraturan adalah : untuk memperkenalkan kepad anak mengenai
perilaku yang disetujui suatu kelompok atau tidak, serta sebagai suatu alat
yang mengekang perilaku yang tidak diinginkan.
Hukuman berasal dari bahasa
latin “punire” yang artinya adalah memberikan hukuman kepada seseorang karena
melakukan suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau
balasan. Fungsi hukuman adalah sebagai : penghalang untuk mengulangi suatu kesalahan,
mendidik tentang suatu perbuatan yang baik dan buruk serta memberikan motivasi
untuk menghindari suatu perilaku yang tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk
hukuman yang efektif adalah yang berhubungan langsung dengan tindakan. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal hukuman adalah : Hendaknya hukuman
itu disesuaikan, hukumanpun bersifat konsisten, hukuman hendaknya bersifat
interpersonal sehingga tidak diinterpretasikan anak sebagai suatu kejahatan
dari yang menghukum, hukumanpun bersifat kontruksif sehingga memotivasi untuk
disetujui kalangan umum, Disertakan alasan atas pemberian hukuman, hukuman
diarahkan untuk pembentukan perilaku dimasa mendatang dan hukuman tidak boleh
membuat anak merasa terhina sehingga menimbulkan rasa permusuhan.
Penghargaan adalah suatu
pemberian atas sebuah hasil yang baik, dapat berupa materi, ucapan, pujian,
senyuman atau tepukan pundak. Fungsi dari penghargaan adalah : sebagai tindakan
menyetujui terhadap suatu hal yang baik, sebagai motivasi untuk menggulang
suatu perilaku yang disetujui secara sosial serta sebagai alat untuk memperkuat
perilaku yang disetujui secara sosial.
Konsisten adalah suatu
tingkat keseragaman atau stabilitas namun tidak sama dengan ketetapan. Sehingga artinya adalah sebagai sebuah kecenderungan
menuju kesamaan. Fungsi dari konsisten adalah : untuk memiliki nilai yang
mendidik sebagai pemacu proses belajar anak, sebagai nilai motivasi yang kuat
bagi seorang anak dan digunakan untuk mempertinggi penghargaan terhadap
peraturan dan orang yang berkuasa.
Macam-macam cara menanamkan
disiplin adalah :
1. Cara mendisiplinkan otoriter adalah : cara mendisiplinkan
dengan menggunakan peraturan-peraturan yang keras dan memaksakan perilaku,
sehingga cenderung tidak memberikan kebebasan seorang anak dalam bertindak
selain dari stanadr yang telah ditentukan.
2. Cara mendisiplinkan yang permisif bermakna sedikit disiplin
atau tidak berdisiplin, terkadang disiplin ini tidak membimbing anak ke pola
perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Sebagai
contoh seorang anak diberi kebebasan meraba-raba dalam sebuah situasi yang
sulit untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak diri.
3. Cara mendisiplinkan demokratis adalah cara mendisiplinkan
dengan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membuat anak mengerti atas suatu
sikap yang diharapkan melalui aspek edukatif.[8]
B. KERANGKA
BERPIKIR
Berdasarkan landasan
teoritik dan telaah pustaka terdahulu di atas, maka dapat di ambil kerangka
berpikir dalam penelitian ini adalah :
1. Jika bait-bait Mahfudzod dapat diterapkan dengan baik, maka
akan dapat dijadikan sebagai alat pengukur perilaku siswa-i.
2. Jika pembelajaran falsafah hidup pada pembelajaran
Mahfudzod dapat diterapkan dengan baik, maka dapat mendorong siswa-i untuk melakukan hal yang baik dan benar.
3. Jika pembelajaran prinsip hidup pada pembelajaran mahfudzod dapat
diterapkan dengan baik, maka dapat dijadikan sebagai
alat pengatur pengalaman-pengalaman, supaya tidak terjadi kekacauan.
4. Jika pembelajaran dasar hidup positif pada pembelajaran mahfudzod dapat
diterapkan dengan baik, maka dapat mendorong siswa-i untuk melakukan
hal yang baik dan benar.
5. Jika pembelajaran keluhuran budi pekerti pada pembelajaran mahfudzod dapat
diterapkan dengan baik, maka dapat dijadikan sebagai alat untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan menjauhi hal-hal yang dilarang serta tidak melakukan
perbuatan yang menyimpang.
C. HIPOTESIS
PENELITIAN
Hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data.[9] Hipotesis juga diartikan
sebagai alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti untuk problematika
yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut metupakan kebenaran
yang bersifat sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang
dikumpulkan melalui penelitian.[10]
Tujuan peneliti mengajukan
hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitiannya, perhatian peneliti hanya
terfokus pada informasi maupun data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis.
Berdasarkan rumusan masalah
diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
1.
Terdapat hubungan yang
posistif dan signifikan antara pelajaran mahfudzod dengan dasar sikap disiplin diri siswa-i
MA Al-Iman.
2. Terdapat beberapa cara penanaman falsafah hidup pada diri
siswa-i MA Al-Iman melalui pelajaran mahfudzod.
3.
Terdapat pengaruh yang
posistif dan signifikan antara peraturan, hukuman dan penghargaan terhadap
sikap disiplin diri siswa-i MA AL-Iman.
4.
Sikap disiplin diri siswa-i MA
Al-Iman yang mendapat pelajaran mahfudzod baik, dan terjadi peningkatan ketaatan
disiplin hingga 90%.
III.
PROSEDUR
PENELITIAN
A. METODE
PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah diatas adalah
Metode Penelitian Kuantitatif, dengan cara yang sistematis, terkontrol, empirik
dan kritis mengenai hipotesa hubungan yang diasumsikan diantara fenomena alam.
Dan kebenaran pada penelitian ini dapat ditemukan dengan menyingkirkan “campur
tangan” manusia, sehingga peneliti harus mengambil jarak dengan obyek yang
diteliti.
Dan metode kuantitatif yang akan digunakan adalah penelitian survey, karena
penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan di Laboratorium dengan
perlakuan (treatment) dan variabel kontrol. Sehingga penelitian survey
dirasa lebih sesui digunakan dalam penelitian ini, karena variabel penelitian
ini tidak dapat diteliti di laboratorium, namun memerlukan survey langsung
untuk mengetahui kebenaran dan perkembangan dari masing-masing variabel.
B.
POPULASI DAN
SAMPEL[11]
A.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisai
yang terdiri atas : obyek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Subyek penelitian kuantitatif
tentang sikap disiplin para siswa-i kelas X MA Al-Iman adalah, Guru Mata
Pelajaran Mahfudzod : Sebagai pemberi materi dan peletak falsafah hidup berdasarkan
bait-bait mahfudzod yang disampaikan, untuk menciptakan dasar sikap disiplin
siswa-i.
Obyek penelitian kuantitatif pada
penelitian ini tentang sikap disiplin para siswa-i kelas X MA Al-Iman yang
bermuara pada hal-hal sebagai berikut :
1.
Dasar
sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman setelah pembelajaran bait-bait mahfudzod.
2.
Penanaman
falsafah hidup pada diri setiap siswa-i MA Al-Iman melalui pembelajaran
bait-bait mahfudzod.
3.
Pengaruh
peraturan, hukuman dan penghargaan terhadap sikap disiplin diri siswa-i MA
AL-Iman setelah pembelajaran bait-bait mahfudzod.
4.
Kwalitas
sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman setelah pembelajaran bait-bait mahfudzod.
B.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, maka penelitian
dapat menggunakan sampel dari populasi dan dapat dijadikan kesimpulan. Sehingga
sampel harus representatif atau mewakili seluruh populasi.
Adapun teknik sampling yang digunakan adalah :
Teknik Non Probability Sampling, yaitu : Sampling jenuh. Pengertian dari
sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dengan menjadikan semua anggota
populasi sebagai sampel. Dengan alasan diperlukan data dari keseluruhan siswa-i
kelas X MA Al-Iman, untuk mendapatkan data yang menyeluruh. Mengingat obyek
penelitian adalah dasar sikap disiplin siswa-i kelas X MA Al-Iman.
C. INSTRUMEN
PENELITIAN
Instrumen Penelitian adalah pengukuran
terhadap fenomena sosial maupun alam, karena prinsip meneliti adalah melakukan
pengukuran. Sedangkan skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan
sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur.
Skala pengukuran yang digunakan sebagai
instrumen penelitian adalah : Skala Likert. Pengertian dari skala likert adalah
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Alasan penggunaan skla ini
adalah, untuk memudahkan koresponden dalam memberikan jawaban.
Gradasi Skala Likert dari sangat positif hingga sangat negatif
yang dapat berupa kata-kata adalah :
a. Sangat Setuju a.
Selalu
b. Setuju b.
Sering
c. Ragu-ragu c.
Kadang-kadang
d. Tidak setuju d. Tidak pernah
e. Sangat tidak setuju
a. Sangat positif a. Sangat baik
b. Positif b.
Baik
c. Negatif c.
Tidak baik
d. Sangat negatif d. Sangat tidak baik
Dan Instrumen penelitian yang dibuat
adalah :
1. Instrumen untuk mengukur keberhasilan
pembelajaran mahfudzod dalam penaman falsafah hidup dan keluhuran budi pekerti.
2. Instrumen untuk mengukur dasar sikap
disiplin diri para siswa-i kelas X MA Al-Iman.
Validitas
dan reabilitas instrumen berisi tentang hasil penelitian, baik yang valid
(terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
pada obyek yang diteliti), atau yang reliabel (terdapat kesamaan data dalam
waktu yang berbeda). Dan Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ni
adalah berbentuk test atau Instrumen dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”.
Pengujian
validitas instrumen penelitian ini menggunakan : Pengujian Validitas Isi atau Content
Validity, yaitu : Instrumen berbentuk test yang dilakukan dengan
membandingkan antara instrumen dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan. Dan secara teknis pengujian
validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik
pengembangan instrumen.
Pengujian
reliabilitas instrumen penelitian ini mengunakan : Pengujian reabilitas
instrumen secara eksternal dengan menggunakan pengujian Internal
Consistency, yaitu : dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian
data yang diperoleh dianalisis dengan tekhnik tertentu, hasil analisis dapat
digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Sedangkan pengujian
instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split
half) KR.20 KR.21 dan Anova Hoyt.[12]
D.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Interview (Wawancara) yang tidak
terstruktur.
2. Kuisioner (Angket).
3. Observasi Nonpartisipan yang menggunakan
observasi terstruktur.
E.
TEKNIK ANALISIS DATA
Teknis analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif, karena penelitian dilakukan pada semua populasi tanpa mengambil
sampel. Pengertian dari statistik deskriptif adalah : statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
VI. JADWAL PENELITIAN
No
|
Kegiatan
|
Minggu Ke :
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
1
|
2
|
3
|
||
1.
|
Penyusunan Proposal
|
√
|
|||||||||||
2.
|
Penyusunan Instrumen
|
√
|
|||||||||||
3.
|
Seminar Proposal dan Instrumen Penelitian
|
√
|
|||||||||||
4.
|
Pengujian validitas dan reabilitas
instrumen
|
√
|
√
|
||||||||||
5.
|
Penentuan sampel
|
√
|
√
|
||||||||||
6.
|
Pengumpulan data
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||||||
7.
|
Analisis data
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||||||
8.
|
Pengumpulan draf laporan
|
√
|
|||||||||||
9.
|
Seminar laporan
|
√
|
|||||||||||
10
|
Penyempurnaan laporan
|
√
|
|||||||||||
11.
|
Penggandaan laporan penelitian
|
√
|
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi , Abu,
dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1999)
Alsa, Asmadi, Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitataif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi (Yogyakarta
: Pustaka Pelajar Offset, 2004).
Arikunto , Suharsimi,
Manajemen Penelitian (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000).
Gholayani , Musthofa,
Jami’ud Durus Al-‘Arobiyah, (Mesir : Daarul Hadits, 2005).
http://faridnyzer169.wordpress.com/2010/04/03/pengertian-disiplin-diri/ diakses : 14 Desember 2011.
Hurlock , Elizabeth
B., Perkembangan Anak, (Jakarta : Erlangga, 1999).
Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2006).
[1] Musthofa Gholayani, Jami’ud Durus Al-‘Arobiyah, (Mesir : Daarul
Hadits, 2005), 7.
[2]
Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
1999), 162.
[3] http://faridnyzer169.wordpress.com/2010/04/03/pengertian-disiplin-diri/ diakses : 14 Desember 2011.
[5]Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitataif Serta
Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset, 2004), 14.
[7] http://faridnyzer169.wordpress.com/2010/04/03/pengertian-disiplin-diri/ diakses : 14 Desember 2011.
[9] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta,
2006), 96.
[10] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2000), 71.
[11] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta,
2006), 117-132.
Kak Rizka, tulisanya sangat bermanfaat. Ijin save tulisan kakak ya... Untuk saya jadikan sebagai bahan pembelajaran:-)
BalasHapusAssalammualaikum kak saya boleh izin save tulisannya kak? sangat membantu saya untuk dijadikan bahan
BalasHapuskak saya izin save ya buat dijadikan bahan :)
BalasHapus