Selasa, 22 April 2014

Pelajaran Mahfudzot Sebagai Salah Satu Pelajaran Bahasa Arab


PENTINGNYA PELAJARAN MAHFUDZOT

 

I.                   PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa Arab sebagai suatu bahasa yang kompleks, mencakup beberapa ilmu terapan yang digunakan sebagai perantara pencapaian kebenaran yang mutlak secara lisan dalam pengucapan dan tulisan bahasa arab. Adapun ilmu-ilmu terapan bahasa arab yang diajarkan di MA Al-Iman adalah : Qowa’id (Ilmu Shorof dan Ilmu Nahwu), Balaghoh (Ma’ani, Bayan dan Badi’), Mahfudzod (Kata Mutiara), Syi’ir (Puisi), Insya’, Khutbah-khutbah, Sejarah Sastra Arab dan Nadhom (Bait-bait berbahasa arab).[1]
Penjelasan tersebut memaparkan secara singkat mengenai berbagai macam terapan ilmu bahasa arab dan cara pengkajiannya, karena untuk menjadi seseorang dengan kemampan berbahasa arab yang mumpuni haruslah mampu menguasai seluruh terapan ilmu tersebut dengan sempurna, dan hal tersebutlah yang menjadi dasar metode pengajaran  di MA Al-Iman Babadan Ponorogo.
Bahasa arab juga mempunyai beberapa aspek kemahiran yang saling berkaitan dalam pencapaian kemahiran berbahasa arab. Adapun aspek-aspek tersebut meliputi : kemahiran menyimak atau mendengarkan, kemahiran berbicara, kemahiran membaca dan kemahiran menulis. Yang mana semua aspek ini sangat berkaitan erat dengan ilmu-ilmu terapan bahasa arab.
Teori tentang tata cara pembelajaran bahasa arab adalah : teori wihdah dan teori furu’. Pengertian dari teori wihdah adalah : Teori yang menganggap bahwasanya bahasa arab adalah suatu kesatuan yang terikat dan tidak dapat dipecah-pecah yang dilakukan dengan memberikan semua materi cakupan bahasa arab dalam satu pelajaran dan biasa diberlakukan disekolah-sekolah karena minimnya jam  tatap muka bahasa arab disetiap minggunya karena bahasa arab hanya sebagai pelajaran muatan lokal. Sedangkan teori furu’ adalah : Teori yang menganggap bahwasanya bahasa arab terbagi dalam beberapa cabang ilmu dengan masing-masing kurikulum disetiap cabangnya, seperti : Rumpun pelajaran bahasa arab adalah : Muthola’ah, insya’, mahfudzod, nahwu, shorof, tafsir, hadits, balaghoh dsb. Sehingga pembelajaran dilakukan dengan terpisah-pisah. Seperti yang diajarkan di MA Al-Iman, karena mengikuti pola pembelajaran KMI Darussalam Gontor.
Pembahasan dalam penelitian ini hanya akan berkisar pada salah satu cabang ilmu bahasa arab, yaitu : mahfudzod, yang diajarkan di kelas X MA Al-Iman. Dimana mahfudzod adalah : salah satu rumpun mata pelajaran bahasa arab yang mengajarkan tentang hikmah-hikmah dan peribahasa berbahasa arab, dengan tujuan untuk menancapkan falsafah-falsafah hidup yang penting untuk masa depan para siswi-i.
Salah satu peribahasa itu adalah :
Artinya : “ Suatu hal yang baik namun tanpa disiplin akan dapat
                  dikalahkan oleh suatu hal yang buruk namun dengan
                   disiplin”.
Kata mutiara diatas menjadi latar belakang penelitian ini, karena pelajaran mahfudzot yang berisi tentang kata-kata mutiara, tidak hanya sekedar pelajaran menghafalkan bait-bait kata mutiara, namun untuk menancapkan falsafah-falsafah hidup pada diri setiap siswa-i MA Al-Iman. Sehingga diharapkan setiap siswa-i akan mempunyai pegangan dalam hidupnya, dan dapat hidup disiplin serta mempunyai sifat-sifat yang positif sebagai keluhuran budi pekerti para siswa-i.
Bait-bait mahfudzod tidak sebatas dihafalkan para siswa-i MA Al-Iman, namun ada yang sengaja dituliskan ditempat-tempat yang strategis untuk dapat menjadi motivasi, dan senantiasa mengingatkan para siswa-i ketika membacanya, aplikasinya pun akan lebih nyata, ketika siswa-i sedang dihadapkan pada suatu permasalahan, maka sering kali kata mutiara itu menjadi inspirasi dan menjadi jawaban dari permasalahan para siswa-i. Dan pengaruh dari bait-bait tersebut dapat mempengaruhi sikap siswa-i dalam berbagai hal, termasuk mempengaruhi sikap disiplin mereka, karena sikap dan disiplin diri dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.
Namun jika kita menyampaikan bahwa pelajaran mahfudzod mempunyai hubungan dengan dasar hidup mandiri setiap siswa-i MA Al-Iman, akan ada yang membenarkan dan ada yang menyalahkan. Hal tersebut disimpulkan dari sikap para siswa-i MA Al-Iman setelah mempelajari mahfudzod, ada siswa-i yang dapat mengaplikasikan bait-bait tersebut dalam kehidupannya, namun ada pula yang belum dapat mengaplikasikannya bahkan tidak berpengaruh sama sekali terhadap sikap dan sifat siswa-i tersebut karena beberapa faktor. Dan pengertian dari  sikap adalah suatu hal yang menentukan suatu sifat yang hakiki, baik dari perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.[2]
Makna disiplin Jika kita tinjau sebagai suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan  nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban.[3] Maka permasalahan akan muncul ketika siswa-i belum dapat mengaplikasikan hal-hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari setelah mendapatkan pelajaran mahfudzod.
Dari penjabaran diatas ditemukan berbagai permasalahan yang berkenaan dengan cara penanaman falsafah hidup, keyakinan dan dasar hidup positif dalam rangka penanaman keluhuran budi pekerti siswa-i MA Al-Iman, berkaitan dengan peraturan, hukuman dan penghargan sebagai bagian dari sikap disiplin. Dan hal tersebut mempunyai kaitan erat dengan pelajaran mahfudzod, sebagai pelajaran yang mengajarkan berbagai macam bait-bait dan kata mutiara yang berkenaan dengan falsafah hidup dan penanaman sikap terpuji pada diri setiap siswa-i. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sikap siswa-i setelah mendapatkan pelajaran mahfudzod, untuk mengetahui pengaruh dari pelajaran tersebut terhadap sikap siswa-i kelas X MA Al-Iman.

Berangkat dari hal diatas, maka peneliti mengambil judul : “HUBUNGAN ANTARA PELAJARAN MAHFUDZOD DENGAN SIKAP DISIPLIN DIRI PADA SISWA-I KELAS X MA AL-IMAN BABADAN PONOROGO”.

 

B.     IDENTIFIKASI MASALAH

Pelajaran Mahfudzot adalah salah satu rumpun mata pelajaran bahasa arab yang mengajarkan hikmah-hikmah dan peribahasa dengan berbahasa arab. Tujuan pelajaran Mahfudzod adalah untuk menancapkan falsafah-falsafah hidup yang penting untuk masa depan para siswa-i. Sehingga pelajaran ini diwajibkan untuk dihafalkan para siswa-i, mengingat diperlukannya falsafah hidup sebagai bekal kehidupan para siswa-i dimasa mendatang.
Dengan pembelajaran mahfudzod, diharapkan akan tertanam falsafah hidup pada diri siswa-i sehingga akan tercermin pribadi yang luhur. Dan akan tercipta sikap disiplin para siswa-i melalui pemahaman terhadap bait-bait mahfudzod. Namun kenyataan yang terjadi tidak selalu seperti yang diharapkan, masih ada para siswa-i yang belum dapat mengetahui tujuan utama menghafalkan bait-bait mahfudzot tersebut. Serta masih ada siswa-i yang belum dapat mencerminkan sikap berdasarkan bait-bait mahfudzod yang telah dipelajari, sehingga seakan-akan pelajaran mahfudzod hanya menjadi sebuah pelajaran yang wajib dihafalkan saja.
Pembelajaran mahfudzod yang berisikan bait-bait kata mutiara sangat mendidik para siswa-i kelas X MA Al-Iman, pembelajaran yang ingin ditancapkan meliputi : Kedisiplinan, sikap lemah lembut, taat dan patuh pada peraturan, sikap terpuji dan kepribadian yang luhur. Sehingga para siswa-i akan mematuhi seluruh tata tertib yang ada dengan penuh kesadaran dan tidak melanggar peraturan. Dan jika semua aspek pembelajaran mahfudzot benar-benar terpenuhi, maka akan terlahir para siswa-i yang dapat diandalkan sebagai calon generasi penerus dengan falsafah hidup yang kuat dan pribadi luhur.

C.    BATASAN MASALAH

Batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1.      Tempat : MA Al-Iman Babadan, Ponorogo, Jawa Timur.

2.      Variabel :       

 -    Dependend (X)                = Pelajaran Mahfudzod.

-       Independend (Y)                        = Dasar Sikap Disiplin Diri.

3.      Indikator        :
- Pelajaran Mahfudzod  :
a.    Menanamkan falsafah hidup pada setiap siswa-i.
b.    Menanamkan Prinsip hidup pada diri setiap siswa-i.
c.    Menanamkan dasar hidup yang positif pada diri siswa-i.
d.   Memberikan kekuatan mental pada setiap siswa-i.
e.    Menanamkan sifat keluhuran budi pada diri setiap siswa-i.
-       Dasar Sikap Disiplin Diri :
a.    Peraturan sebagai pedoman perilaku.
b.    Konsisten dalam peraturan.
c.    Hukuman untuk pelanggaran peraturan.
d.   Penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.
D.    RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari Latar Belakang Masalah diatas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Kuantitatif ini adalah sebagai berikut :
1.    Adakah hubungan antara pelajaran mahfudzod dengan dasar sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman ?
2.    Bagaimanakah cara menanamkan falsafah hidup pada diri setiap siswa-i MA AL-Iman?
3.    Adakah pengaruh dari peraturan, hukuman dan penghargaan terhadap sikap disiplin diri siswa-i MA AL-Iman?
4.    Seberapa baikkah sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman yang mendapat pelajaran mahfudzod ?
Metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah diatas adalah Metode Penelitian Kuantitatif.[4] Adapun penelitian kuantitatif dilaksanakan dengan cara yang sistematis, terkontrol, empirik dan kritis mengenai hipotesa hubungan yang diasumsikan diantara fenomena alam. Dan kebenaran dapat ditemukan dengan menyingkirkan “campur tangan” manusia, sehingga peneliti harus mengambil jarak dengan obyek yang diteliti.[5]

E.     TUJUAN PENELITIAN
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menemukan sikap disiplin diri pada siswa-i MA Al-Iman Babadan Ponorogo khususnya kelas X, berangkat dari rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian kuantitatif ini adalah :
1.    Pemahaman tentang hubungan pelajaran mahfudzod dengan dasar sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman.
2.    Pengetahuan tentang cara penanaman falsafah hidup pada diri setiap siswa-i MA Al-Iman.
3.    Pemahaman tentang pengaruh peraturan, hukuman dan penghargaan terhadap sikap disiplin diri siswa-i MA AL-Iman.
4.    Pengetahuan tentang kwalitas sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman yang mendapat pelajaran mahfudzod.
F.     MANFAAT HASIL PENELITIAN
1.      Secara Teoritis
Dari penelitian in, diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang berkaitan dengan penanaman sikap disiplin diri pada siswa-i Kelas X MA Al-Iman Babadan, Ponorogo, Jawa Timur. 
2.      Secara Praktis
a.       Bagi Peserta Didik
1.      Meningkatkan pemahaman siswa-i terhadap materi pelajaran Mahfudzod.
2.      Meningkatkan hasil belajar siswa-i setelah proses pembelajaran.
3.      Meningkatkan keaktifan belajar siswa-i terhadap materi pelajaran mahfudzod.
4.      Menanamkan sikap disiplin diri pada diri siswa-i .
5.      Menanamkan falsafah hidup yang luhur pada diri siswa-i.
6.      Menanamkan dasar hidup yang positif pada diri siswa-i.
7.      Memberikan kekuatan mental pada setiap siswa-i.
8.      Patuh terhadap Peraturan sebagai pedoman perilaku.
9.      Konsisten dalam peraturan.
b.      Bagi Pendidik
1.      Dapat menambah wawasan guru tentang metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran.
2.      Dapat merencanakan proses pembelajaran yang lebih aktif, efektif dan efisien.
3.      Dapat mengetahui permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran secara langsung serta untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah.
4.      Memperoleh informasi kemajuan dan keberhasilan peserta didik dalam belajarnya.
5.      Sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar, membimbing, dan mendorong siswa-i untuk lebih aktif dalam menjalankan pembelajaran.
6.      Dapat membuat bahan untuk evaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan penyerapan pemahaman para siswa-i.
II.                LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.    DESKRIPSI TEORI
1.      Pelajaran Mahfudzod
Pelajaran Mahfudzot adalah salah satu rumpun mata pelajaran bahasa arab, yang mengajarkan tentang hikmah-hikmah dan peribahasa berbahasa arab. Dengan tujuan untuk menancapkan falsafah-falsafah hidup yang penting untuk masa depan para siswi. Sehingga pelajaran ini diwajibkan untuk dihafalkan para siswi, mengingat diperlukannya falsafah hidup sebagai bekal kehidupan para siswi dimasa mendatang. Adapun indikator dari pelajaran mahfudzod sendiri adalah :
a.    Menanamkan falsafah hidup pada setiap siswa-i
b.    Menanamkan keyakinan dalam hidup (Prinsip hidup) pada diri setiap siswa-i
c.    Menanamkan dasar hidup yang positif pada diri siswa-i
d.   Memberikan kekuatan mental pada setiap siswa-i
e.    Menanamkan sifat keluhuran budi pada diri setiap siswa-i


2.      Sikap Disiplin Diri
Pengertian dari sikap menurut herbert spencer adalah berasal dari istilah dalam bahasa inggris “attitude” yang menunjukkan suatu status mental seseorang. Dan menurut Lange sikap adalah suatu konsep yang digunakan oleh ahli psikologi dalam menentukan alasan perbedaan setiap individu. Sedangkan menurut ahli sosiologi sikap menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap perubahan sosial dan kebudayaan.
Adapun definisi dari sikap adalah suatu hal yang menentukan sifat yang hakiki, baik dari perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Aspek setiap sikap adalah :
1.   Aspek kognitif : sikap yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran, yang berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang suatu obyek tertentu.
2.   Aspek Afektif : sikap yang berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu, seperti : ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dsb.
3.   Aspek Konatif : sikap yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan berbuat suatu obyek, seperti : kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dari sesuatu dsb.
Sedangkan definisi sikap menurut beberapa ahli adalah :
1.   L.L.  Thursone : Sikap adalah : tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif/suka atau tidak suka yang berhubungan dengan obyek psikologi, yaitu : simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dsb.
2.   Zimbardo dan Ebbesen : Sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behaviour.
3.   D. Krech and RS. Crutcfield : Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi atau pengalaman atas suatu aspek dari kehidupan individu.
4.   John H. Harvey dan william P. Smith : Sikap adalah kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
5.   Gerungan : Sikap adalah attitude yang dapat berupa sikap, pandangan, sikap perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tadi.
Sebuah sikap timbul karena adanya stimulus, dan terbentuknya sikap banyak dipengaruhi oleh rangsangan dari lingkungan sosial dan kebudayaan, seperti : keluarga, norma, golongan agama dan adat istiadat. Dan dari sekian rangsangan, keluarga sebagai kelompok primer yang yang memberikan pengaruh paling dominan. Dan sikap seseorang tidaklah tetap, ia akan berubah jika mendapatkan pengaruh dari dalam ataupun dari luar.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap adalah :
1.   Faktor intern : Adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri, baik berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang dtang dari luar.
2.   Faktor ekstern : Adalah faktor yang terdapat diluar pribadi manusia yang berupa interaksi sosial diluar kelompok. Contoh : Interaksi antara manusia  melalui alat-alat komunikasi seperti : surat kabar, radio, televisi, majalah dsb.
Ciri-ciri sikap adalah :
1.   Sikap itu dipelajari (Learnability)
Sikap sebagai hasil belajar berbeda dengan motif-motif psikologi lainnya, meskipun beberapa sikap dipelajari tanpa sengaja. Karena jika manuasia menyadari bahwa suatu sikap akan membawa kepada yang lebih baik (untuk dirinya sendiri) membantu kelompok atau memperoleh seseatu nilai yang sifatnya perseorangan, pastilah seseorang tersebut akan mempelajari sikap dengan sengaja.
2.   Memiliki kestabilan (Stability)
Sikap bermula dari suatu pelajaran yang menjadi lebih kuat dan stabil karena adanya pengalaman. Contoh : perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu warna karena adanya frekuensi yang tinggi dalam pengulangan melihatnya.
3.   Personal-Sosietal significance
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Contoh : Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat kepadanya, hal ini akan sangat berarti untuk diri seseorang dalam merasakan kebebasan atau favorable.
4.   Berisi cognisi dan affeksi
Komponen kognisi pada sikap adalah berisi informasi yang faktual, mislanya : obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5. Approach-Avoidance directionality
Bila seseorang mempunyai sikap favorable terhadap suatu obyek, maka ia akan mendekati dan membantunya, namun jika sikapnya adalah unfovarable maka ia akan cenderung menghindari.
Fungsi sikap adalah :
1.   Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, karena sikap mudah menjalar dan menjadi milik bersama.
2.   Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku.
3.   Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman, supaya tidak terjadi kekacauan.
4.   Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian, yang mencerminkan pribadi seseorang.[6]
Menurut bahasa, Disiplin berasal dari kata : “Disciple”, yaitu : seseorang yang belajar secara sukarela untuk mengikuti seorang pemimpin. Dan orang tua serta guru merupakan pemimpin bagi seorang anak untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Sehingga disiplin dapat diartikan sebagai : cara yang digunakan masyarakat dalam mengajari seorang anak tentang perilaku moral yang disetujui suatu kelompok.  Sedangkan maksud dari disiplin dalam konsep populer adalah : hukuman, sehingga menurut konsep ini disiplin hanya berlaku jika seorng anak melanggar peraturan dan perintah dari orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan dirumah tangga ataupun masyarakat.
Pendapat lain menyatakan : Disiplin diri adalah sikap patuh kepada waktu dan peraturan yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa disiplin itu mengandung  dua makna yaitu patuh terhadap waktu dan patuh terhadap peraturan atau tata tertib. Patuh pada waktu, sering kita dengar pada kata disiplin waktu. Disiplin memiliki arti demikian ketika kita dihadapkan pada suatu waktu dalam melakukan sesuatu, sehingga kita memiliki sebuah tanggungjawab kepada waktu. Contoh nyatanya adalah : sebagai pelajar kita tentu mengetahui  jam masuk sekolah, sehingga kita sebisa mungkin untuk datang ke sekolah lebih awal agar tidak terlambat. Dari contoh tersebut kita dapat mengetahui jika seorang  pelajar yang disiplin itu memiliki tanggung jawap pada waktu, yang berupa jam masuk sekolah. Patuh pada tata tertib atau peraturan, contohnya : Di sekolah sebagai pelajar tentunya kita telah mengetahui tata tertib sekolah. Di lingkungan masyarakat kita juga telah mengenal adanya norma. Di dalam keluarga juga dapat di temui sebuah aturan meskipun tidak tertulis. Disiplin memiliki arti demikian ketika dihadapkan kepada peraturan peraturan atau tata tertib disaat kita ingin melakukan sesuatu. Setiap peraturan  itu bersifat mengikat artinya siapapun yang berada pada lingkungan yang memiliki suatu peraturan tersebut, secara tidak langsung orang tersebut memiliki tanggung jawab pada peraturan tersebut. Ketika orang tersebut mematuhi  peraturan tersebut maka ia telah bersikap disiplin dan ketika berbuat sebaliknya dia telah berbuat tidak disiplin dan akan dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku.[7]
Menurut Nursisto Johar Permana, Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan  nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.
Sedangkan  tujuan dari disiplin adalah : untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan peran-peran yang diterapkan kelompok budaya dan  tempat individu untuk diidentifikasikan. Sehingga tujuan akhirnya dapat mengajar anak berperilaku dengan cara yang sesuai denga standar suatu kelompok sosial, tempat mereka diidentifikasi.
Tujuan disiplin di sekolah menurut Maman Rachman adalah :
1.   Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2.   Mendorong siswa melakukan hal yang baik dan benar.
3.   Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.
4.   Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Kebutuhan-kebutuhan anak berkaitan dengan disiplin adalah :
1.   Disiplin memberikan rasa aman, karena anak mengetahui perbuatan apa yang boleh dilakukann dan apa yang dilaranng.
2.   Disiplin membantu seorang anak terhindar dari rasa bersalah dan malu akibat dari perilaku yang salah, karena anak hidup menurut standar yang disetujui kelompk sosial serta telah mendapatkan persetujuan sosial.
3.   Disiplin membuat anak belajar bersikap menurut sebuah cara yang dapat mendatangkan pujian yang akan ditafsiri anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan terhadapnya, dan dapat mendatangkan kebahagiaan bagi seorang anak.
4.   Disiplin sesuai perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego anak untuk mencapai sesuatu yang diharapkan.
5.   Disiplin membantu seorang anak mengembangkan hati nurani dari suara dalam dirinya sebagai pngembangan dalam pengembalian keputusan dan pengendalian perilaku.
Unsur-unsur pokok dari disiplin diri adalah :
a.    Peraturan sebagai pedoman perilaku.
b.    Konsisten dalam peraturan.
c.    Hukuman untuk pelanggaran peraturan.
d.   Penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.
Peraturan adalah sebuah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku, dan pola tersebut mungkin ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuan dari peraturan adalah : untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Contoh : Peraturan sekolah menjelaskan hal-hal yang boleh dilakukan dan dilarang selama berada didalam kelas, lapangan sekolah dan lingkungan sekolah. Fungsi dari peraturan adalah : untuk memperkenalkan kepad anak mengenai perilaku yang disetujui suatu kelompok atau tidak, serta sebagai suatu alat yang mengekang perilaku yang tidak diinginkan.
Hukuman berasal dari bahasa latin “punire” yang artinya adalah memberikan hukuman kepada seseorang karena melakukan suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau balasan. Fungsi hukuman adalah sebagai : penghalang untuk mengulangi suatu kesalahan, mendidik tentang suatu perbuatan yang baik dan buruk serta memberikan motivasi untuk menghindari suatu perilaku yang tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk hukuman yang efektif adalah yang berhubungan langsung dengan tindakan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal hukuman adalah : Hendaknya hukuman itu disesuaikan, hukumanpun bersifat konsisten, hukuman hendaknya bersifat interpersonal sehingga tidak diinterpretasikan anak sebagai suatu kejahatan dari yang menghukum, hukumanpun bersifat kontruksif sehingga memotivasi untuk disetujui kalangan umum, Disertakan alasan atas pemberian hukuman, hukuman diarahkan untuk pembentukan perilaku dimasa mendatang dan hukuman tidak boleh membuat anak merasa terhina sehingga menimbulkan rasa permusuhan.
Penghargaan adalah suatu pemberian atas sebuah hasil yang baik, dapat berupa materi, ucapan, pujian, senyuman atau tepukan pundak. Fungsi dari penghargaan adalah : sebagai tindakan menyetujui terhadap suatu hal yang baik, sebagai motivasi untuk menggulang suatu perilaku yang disetujui secara sosial serta sebagai alat untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial.
Konsisten adalah suatu tingkat keseragaman atau stabilitas namun tidak sama dengan ketetapan.  Sehingga artinya adalah sebagai sebuah kecenderungan menuju kesamaan. Fungsi dari konsisten adalah : untuk memiliki nilai yang mendidik sebagai pemacu proses belajar anak, sebagai nilai motivasi yang kuat bagi seorang anak dan digunakan untuk mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.
Macam-macam cara menanamkan disiplin adalah :
1.   Cara mendisiplinkan otoriter adalah : cara mendisiplinkan dengan menggunakan peraturan-peraturan yang keras dan memaksakan perilaku, sehingga cenderung tidak memberikan kebebasan seorang anak dalam bertindak selain dari stanadr yang telah ditentukan.
2.   Cara mendisiplinkan yang permisif bermakna sedikit disiplin atau tidak berdisiplin, terkadang disiplin ini tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Sebagai contoh seorang anak diberi kebebasan meraba-raba dalam sebuah situasi yang sulit untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak diri.
3.   Cara mendisiplinkan demokratis adalah cara mendisiplinkan dengan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membuat anak mengerti atas suatu sikap yang diharapkan melalui aspek edukatif.[8]

B.     KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan landasan teoritik dan telaah pustaka terdahulu di atas, maka dapat di ambil kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah :
1.   Jika bait-bait Mahfudzod dapat diterapkan dengan baik, maka akan dapat dijadikan sebagai alat pengukur perilaku siswa-i.
2.   Jika pembelajaran falsafah hidup pada pembelajaran Mahfudzod dapat diterapkan dengan baik, maka dapat mendorong siswa-i untuk melakukan hal yang baik dan benar.
3.   Jika pembelajaran prinsip hidup pada pembelajaran mahfudzod dapat diterapkan dengan baik, maka dapat dijadikan sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman, supaya tidak terjadi kekacauan.
4.   Jika pembelajaran dasar hidup positif pada pembelajaran mahfudzod dapat diterapkan dengan baik, maka dapat mendorong siswa-i untuk melakukan hal yang baik dan benar.
5.   Jika pembelajaran keluhuran budi pekerti pada pembelajaran mahfudzod dapat diterapkan dengan baik, maka dapat dijadikan sebagai alat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menjauhi hal-hal yang dilarang serta tidak melakukan perbuatan yang menyimpang.

C.    HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.[9] Hipotesis juga diartikan sebagai alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti untuk problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut metupakan kebenaran yang bersifat sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.[10]
Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitiannya, perhatian peneliti hanya terfokus pada informasi maupun data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
1.      Terdapat hubungan yang posistif dan signifikan antara pelajaran mahfudzod dengan dasar sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman.
2.      Terdapat beberapa cara penanaman falsafah hidup pada diri siswa-i MA Al-Iman melalui pelajaran mahfudzod.
3.      Terdapat pengaruh yang posistif dan signifikan antara peraturan, hukuman dan penghargaan terhadap sikap disiplin diri siswa-i MA AL-Iman.
4.      Sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman yang mendapat pelajaran mahfudzod baik, dan terjadi peningkatan ketaatan disiplin hingga 90%.
III.             PROSEDUR PENELITIAN
A.       METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah diatas adalah Metode Penelitian Kuantitatif, dengan cara yang sistematis, terkontrol, empirik dan kritis mengenai hipotesa hubungan yang diasumsikan diantara fenomena alam. Dan kebenaran pada penelitian ini dapat ditemukan dengan menyingkirkan “campur tangan” manusia, sehingga peneliti harus mengambil jarak dengan obyek yang diteliti.
Dan metode kuantitatif yang akan digunakan adalah penelitian survey, karena penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan di Laboratorium dengan perlakuan (treatment) dan variabel kontrol. Sehingga penelitian survey dirasa lebih sesui digunakan dalam penelitian ini, karena variabel penelitian ini tidak dapat diteliti di laboratorium, namun memerlukan survey langsung untuk mengetahui kebenaran dan perkembangan dari masing-masing variabel.





B.       POPULASI DAN SAMPEL[11]
A.    Populasi
Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas : obyek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Subyek penelitian kuantitatif tentang sikap disiplin para siswa-i kelas X MA Al-Iman adalah, Guru Mata Pelajaran Mahfudzod : Sebagai pemberi materi dan peletak falsafah hidup berdasarkan bait-bait mahfudzod yang disampaikan, untuk menciptakan dasar sikap disiplin siswa-i.  
Obyek penelitian kuantitatif pada penelitian ini tentang sikap disiplin para siswa-i kelas X MA Al-Iman yang bermuara pada hal-hal sebagai berikut : 
1.   Dasar sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman setelah pembelajaran bait-bait mahfudzod.
2.   Penanaman falsafah hidup pada diri setiap siswa-i MA Al-Iman melalui pembelajaran bait-bait mahfudzod.
3.   Pengaruh peraturan, hukuman dan penghargaan terhadap sikap disiplin diri siswa-i MA AL-Iman setelah pembelajaran bait-bait mahfudzod.
4.   Kwalitas sikap disiplin diri siswa-i MA Al-Iman setelah pembelajaran bait-bait mahfudzod.

B.     Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, maka penelitian dapat menggunakan sampel dari populasi dan dapat dijadikan kesimpulan. Sehingga sampel harus representatif atau mewakili seluruh populasi.
Adapun teknik sampling yang digunakan adalah : Teknik Non Probability Sampling, yaitu : Sampling jenuh. Pengertian dari sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dengan menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel. Dengan alasan diperlukan data dari keseluruhan siswa-i kelas X MA Al-Iman, untuk mendapatkan data yang menyeluruh. Mengingat obyek penelitian adalah dasar sikap disiplin siswa-i kelas X MA Al-Iman.

C.  INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen Penelitian adalah pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam, karena prinsip meneliti adalah melakukan pengukuran. Sedangkan skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur.
Skala pengukuran yang digunakan sebagai instrumen penelitian adalah : Skala Likert. Pengertian dari skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Alasan penggunaan skla ini adalah, untuk memudahkan koresponden dalam memberikan jawaban.
Gradasi Skala Likert  dari sangat positif hingga sangat negatif yang dapat berupa kata-kata adalah :
a.       Sangat Setuju                                     a. Selalu
b.      Setuju                                                 b. Sering
c.       Ragu-ragu                                           c. Kadang-kadang
d.      Tidak setuju                                        d. Tidak pernah
e.       Sangat tidak setuju


a.       Sangat positif                                     a. Sangat baik
b.      Positif                                                 b. Baik
c.       Negatif                                               c. Tidak baik
d.      Sangat negatif                                                d. Sangat tidak baik

Dan Instrumen penelitian yang dibuat adalah :
1.      Instrumen untuk mengukur keberhasilan pembelajaran mahfudzod dalam penaman falsafah hidup dan keluhuran budi pekerti.
2.      Instrumen untuk mengukur dasar sikap disiplin diri para siswa-i kelas X MA Al-Iman.
Validitas dan reabilitas instrumen berisi tentang hasil penelitian, baik yang valid (terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya pada obyek yang diteliti), atau yang reliabel (terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda). Dan Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ni adalah berbentuk test atau Instrumen dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”.
Pengujian validitas instrumen penelitian ini menggunakan : Pengujian Validitas Isi atau Content Validity, yaitu : Instrumen berbentuk test yang dilakukan dengan membandingkan antara instrumen dengan  materi pelajaran yang telah diajarkan. Dan secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen.
Pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini mengunakan : Pengujian reabilitas instrumen secara eksternal dengan menggunakan pengujian Internal Consistency, yaitu : dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan tekhnik tertentu, hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Sedangkan pengujian instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half) KR.20 KR.21 dan Anova Hoyt.[12]

D.    TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Interview (Wawancara) yang tidak terstruktur.
2.      Kuisioner (Angket).
3.      Observasi Nonpartisipan yang menggunakan observasi terstruktur.
 
E.     TEKNIK ANALISIS DATA
Teknis analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, karena penelitian dilakukan pada semua populasi tanpa mengambil sampel. Pengertian dari statistik deskriptif adalah : statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

VI. JADWAL PENELITIAN
No
Kegiatan
Minggu Ke :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
1.
Penyusunan Proposal











2.
Penyusunan Instrumen











3.
Seminar Proposal dan Instrumen Penelitian











4.
Pengujian validitas dan reabilitas instrumen










5.
Penentuan sampel










6.
Pengumpulan data








7.
Analisis data








8.
Pengumpulan draf laporan











9.
Seminar laporan











10
Penyempurnaan laporan











11.
Penggandaan laporan penelitian












IV.                  DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi , Abu, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1999)
Alsa, Asmadi, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitataif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2004).
Arikunto , Suharsimi, Manajemen Penelitian (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000).
Gholayani , Musthofa, Jami’ud Durus Al-‘Arobiyah, (Mesir : Daarul Hadits, 2005).
Hurlock , Elizabeth B., Perkembangan Anak, (Jakarta : Erlangga, 1999).
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2006).


[1] Musthofa Gholayani, Jami’ud Durus Al-‘Arobiyah, (Mesir : Daarul Hadits, 2005), 7.
[2] Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1999), 162.
[4] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2006), 49-76.
[5]Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitataif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2004), 14.
[6] Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1999), 161-191.
[8] Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta : Erlangga, 1999), 82-110.
[9] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2006),  96.
[10] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000), 71.
[11] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2006),  117-132.
8.[12] Ibid, 133-192.

3 komentar:

  1. Kak Rizka, tulisanya sangat bermanfaat. Ijin save tulisan kakak ya... Untuk saya jadikan sebagai bahan pembelajaran:-)

    BalasHapus
  2. Assalammualaikum kak saya boleh izin save tulisannya kak? sangat membantu saya untuk dijadikan bahan

    BalasHapus
  3. kak saya izin save ya buat dijadikan bahan :)

    BalasHapus